Net Zero Waste Tegaskan Hasil Audit Sungai Watch Perlu Ditindaklanjuti Pemerintah Demi Stop Pencemaran Lingkungan
Ketua Net Zero Waste Management Consortium, Ahmad Safrudin menanggapi predikat perusahaan penyampah kemasan plastik terbesar kepada Danone berdasarkan temuan dari Sungai Watch.
"Danone di Indonesia adalah market leader dengan market share air minum dalam kemasan (AMDK) sebesar 45 persen, sehingga lumrah saja apabila kemasan produk Danone mendominasi sampah di lingkungan,” kata Safrudin, dalam rilisnya yang menanggapi temuan Sungai Watch (7/3).
Masalahnya, lanjut Safrudin, menjadi tidak wajar karena sebagai market leader, Danone seharusnya punya beban moral untuk menjadi contoh pelaksanaan good corporate governance (GCG) dan Environmental Social Governance (ESG).
"Apalagi Danone adalah perusahaan multinasional yang sudah go public dan terikat pada ketentuan sertifikasi di berbagai bidang, termasuk di bidang lingkungan hidup,” katanya.
Ahmad Safrudin mengatakan temuan Sungai Watch yang berpusat di Bali itu menunjukkan Danone telah memicu terjadinya pencemaran lingkungan hidup dan dinilai tidak mematuhi ketentuan peta jalan pengurangan sampah.
Menurutnya, terjadinya timbulan sampah di lingkungan adalah indikasi tidak dijalankannya program reduce (pengurangan sampah) dengan upsizing (menghentikan penggunaan kemasan plastik pada volume/bobot kecil), recycle dengan EPR (Extended Producer Responsibility, menarik kembali kemasan produknya untuk didaur-ulang), dan reuse dengan pemanfaatan kembali kemasan plastik yang tidak berisiko pada kesehatan.
"Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan atau Pemerintah Daerah Provinsi Bali harus memberikan teguran dan menarik uang paksa untuk pembinaan dan penegakan hukum dalam pengelolaan sampah,” kata Ahmad Safrudin.
Sementara itu, Praktisi Lingkungan dari Komunitas Peduli Ciliwung, Suparno Jumar, menyoroti investasi asing yang menurutnya perlu lebih dicermati aktivitasnya agar lebih bisa dikendalikan.
"Persoalan single use plastic dari industri besar, menengah dan kecil, harus segera dicarikan solusinya, karena sudah sangat mendesak,” kata Suparno Jumar.
Menurutnya, pemerintah harus bisa menjaga keseimbangan agar industri tetap tumbuh dan mampu menyerap tenaga kerja, “Namun pada saaat bersamaan harus memperhatikan aspek lingkungan.”
Sebelumnya, Sungai Watch menempatkan Danone di posisi puncak berdasarkan audit merek yang dipublikasikan dalam sebuah laporan terbaru berjudul: “Sungai Watch Impact Report 2022”.
Kesimpulan ini diperoleh setelah tim Sungai Watch melakukan penyortiran dan pengauditan sampah plastik berdasarkan merek produk dan produsennya di Bali dan Jawa Timur.
Menurut Sungai Watch audit merek untuk pengumpulan data polusi sampah plastik sudah mendesak dilakukan.
Berdasarkan data 235,218 item sampah plastik dari Bali dan Jawa Timur, sampah plastik produk Danone mencapai rekor tertinggi dengan angka 10 persen.
Dari semua produk milik Danone, kemasan gelas plastik sekali pakai ditemukan menjadi penyampah terbesar dengan capaian angka 63 persen, disusul dua merek botol berbahan plastik polyetilena tereftalat/PET (27 persen dan 5 persen), tutup galon guna ulang (3 persen), dan botol minuman ringan (1 persen).
Posisi penyampah terbesar kedua dalam laporan Sungai Watch diduduki oleh produk Orang Tua,yang mencatatkan 7 persen dari total limbah sampah plastik yang diaudit (95 persen sampah teh gelas).
Perusahaan penyampah terbesar ketiga ditempati oleh Wings 7 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: