PT Eterindo Wahanatama Tbk (Kode Saham: ETWA), adalah perusahaan terbuka yang bergerak di industri kelapa sawit di Kalimantan Barat yang juga memiliki lini usaha manufaktur dan penjualan biodiesel di Gresik, Jawa Timur.
Pasca pandemi, ETWA memang secara agresif merestrukturisasi bisnis dengan mengejar pengembangan bisnis baru sambil menghadapi tantangan yang dihadapi. Kini, ETWA mempunyai kiat jitu untuk tetap eksis dengan menyegarkan model bisnisnya.
ETWA membuat terobosan baru dengan masuk ke bisnis hijau yang mengedepankan prinsip keberlanjutan. Hasil pengalaman 30 tahun berkecimpung di industri kelapa sawit dan bio-diesel membuat ETWA sepenuhnya sadar bahwa model bisnis hijau adalah jalan terbaik membuat perubahan untuk mendongkrak kinerja. Model bisnis keberlanjutan adalah keharusan bisnis saat ini.
Perusahaan perlu mengubah strateginya dengan memasukkan bisnis hijau di rangkaian model bisnisnya. Hal ini penting, jika tidak ingin tertinggal, apalagi di tengah upaya peningkatan kinerja saat ini.
Tak bisa dipungkiri, industri sawit memang dihadapkan pada tantangan bisnis dari sebelumnya bergelut dengan pembukaan lahan baru dan kampanye negatif, kini kepada peningkatan produktivitas, efisiensi industri, dan diversifikasi produk hilir.
Baca Juga: Apa Itu Oleokimia Berbasis Minyak Sawit?
Di tengah tekanan internasional terhadap deforestasi dan dampak pengembangan lahan sawit terhadap pemanasan global, sudah saatnya pelaku industri sawit memiliki strategi bisnis hijau yang mengintegrasikan isu lingkungan ke dalam strategi bisnisnya.
Bukan sekedar strategi hiasan, tetapi seharusnya bisnis hijau ini hadir di seluruh fungsi sub-bisnis seperti manufaktur, rantai pasokan, keuangan, sumber daya manusia dan pemasaran.
ETWA serius menjajaki bisnis hijau ini sejalan dengan terbukanya kesempatan kerjasama strategis melalui Joint Venture dengan perusahaan di kawasan China Selatan yang fokus pada green biodiesel.
Fokus bisnisnya sangat cocok dengan model bisnis baru ETWA. Biodiesel konvensional biasanya menggunakan resin sebagai katalis atau pencampur reaksi kimianya. Di dalam green biodiesel, katalisnya adalah enzim lipase yang berasal dari senyawa tumbuhan.
Di dalam prosesnya, bahan baku di dapat dari limbah kelapa sawit dan minyak masak terpakai yang akan diubah menjadi biodiesel yang sesuai dengan standar ramah lingkungan di Uni Eropa. Nantinya, produk tersebut memang akan dikirim ke pasar Uni Eropa.
Proses manufaktur ini bukan hal baru bagi ETWA yang telah mengoperasikan kilang biodiesel sejak tahun 2003, dan memiliki pengalaman dalam produksi dan penjualan biodiesel. Melalui kajian studi kelayakan yang matang, ETWA sedang mengkaji dan menganalisis kondisi pasar. Hasil awalnya, ada keyakinan akan adanya permintaan jangka panjang untuk biofuel yang bersih dan berkelanjutan, dengan dampak lingkungan yang minimal.
Ke depan, ETWA berharap dapat meningkatkan potensi model bisnis ini mengingat pentingnya keselarasan strategi bisnis keberlanjutan di tengah perubahan industri saat ini sambil mengatasi semua tantangan kinerja yang ada.
”Kita tunggu realisasinya yang akan diinformasikan melalui keterbukaan informasi dan rilis media setelah adanya kesepakatan final di beberapa bulan mendatang," ujar Corporate Secretary PT Eterindo Wahanatama Tbk, Azwar Alinuddin, Kamis (16/3/2023) dalam keterangan tertulisnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: