Setuju dengan Novel, Eks Petinggi HTI Bilang Menolak Kehadiran Coldplay adalah Bagian dari Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Mantan petinggi dan eks juru bicara Hizbut Tahri Indonesia Ismail Yusanto menilai penolakan terhadap kehadiran Coldplay adalah bagian dari perintah agama yakni amar ma'ruf nahi munkar yang artinya menyuruh orang berbuat baik dan mencegah orang berbuat buruk/jahat.
Ismail mengaku ada dilema menanggapi kehadiran Coldplay di Indonesia, di satu sisi ini adalah bagian dari globalisasi tapi di sisi lain ada perintah agama untuk mencegah gaya hidup materialisme dan hedonisme.
"Kita ada di situasi dilematis, satu sisi fenomena Coldplay ini kan fenomena peradaban yang muncul dari globalisasi yang tak terhindarkan dan peradaban materialisme yang ciri utamanya hedonisme. Ini fenomena globalisasi bentuknya globalisasi bisa makanan seperti fast food, fashion dan hiburan. Apa yang dikonsumsi di luar sana sama dengan di sini," kata Ismail Yusanto.
Meski dilema, tapi Indonesia sebagai negara dengan umat Islam terbesar harus punya pendirian dengan globalisasi, yakni menolak nilai-nilai dari luar itu.
"Di satu sisi tak bisa dibendung. Tapi kita tak bisa menutup mata dengan fakta bahwa globalisasi itu membawa nilai-nilai seperti LGBT, karena LGBT itu fenomena global, nah globalisme nilai-nilai yang patut kita cermati," jelasnya.
Ismail justru heran kenapa ada kelompok yang dengan keras menolak kehadiran Coldplay justru mendapat cibiran, alih-alih mendapat dukungan.
"Kita tak boleh tinggal diam dengan fenomena itu, di sinilah peran amar ma'ruf nahi munkar ini semakin nyata, di saat orang-orang abai tak lagi kritis terhadap perkembangan materialisme global," jelasnya.
Ismail menyebut saat ini negara tampak abai dengan fenomena materialisme global dan kerusakan yang diakibatkan oleh globalisasi.
"Di tengah gegap gempita para penggemar Coldplay yang sebagian besar orang Islam, ada kelompok yang melarang bilang jangan, malah diabaikan, justru itulah yang harus didukung oleh umat Islam.
Dia khawatir kalau hal ini dianggap sepele, maka moral masyarakat semakin terpuruk, dan budaya hedonisme dianggap lumrah akan melunturkan nilai-nilai di tengah masyarakat.
"Harusnya ada peran negara, hari ini aneh, di Arab Saudi yang dulu melarang keras dengan hal-hal ini justru membolehkan, Kuala Lumpur pun sama," tutupnya.
Sebelumya, Waketum Persaudaran Alumni 212 Novel Bamukmin dan Waketum Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas menilai penolakan terhadap Coldplay adalah untuk mencegah generasi muda memaklumi budaya LGBT.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: