Praktisi Pasar Modal Jelaskan Plus-Minus Investasi di Pasar Saham Amerika Serikat
Praktisi pasar saham Ryan Filbert menjelaskan untung-rugi investasi di pasar saham Amerika Serikat atau di pasar saham Indonesia.
Ia mengatakan bahwa situasi perekonomian Amerika Serikat yang saat ini sedang lesu merupakan peluang bagi investor untuk masuk ke pasar saham Amerika Serikat. Menurutnya, setiap ada kabar buruk perekonomian di Amerika Serikat membuat harga saham akan turun.
“Pertanyaan justru di balik, saat ini pegang uang enggak? Kalau pegang uang, maka sebenarnya tepat untuk buka mata dan secara serius memilih yang mana yang mau diinvestasikan karena keadaan berita buruk biasanya semua harga itu turun lebih jauh daripada nilai sebenarnya,” kata Ryan, dikutip dari kanal Youtube RF Channel pada Senin (5/6/2023).
Baca Juga: Lebih Baik Investasi di Amerika Serikat atau Indonesia? Praktisi Pasar Modal Jawab Ini
Ia kemudian menganalogikan hal tersebut seperti orang yang sedang mempertimbangkan waktu saat membeli bangunan.
“Anggaplah ada bangunan di depan Anda, bangunan setahun dengan batu bata, berapa ongkos bentuk bangunannya, berapa harga tanahnya, misalnya 1 miliar. Tapi karena kondisi lagi enggak bagus, orang pada takut harganya akan turun dengan sendirinya bahkan bisa lebih jauh dibandingkan harga 1 miliar itu. Mungkin (sekarang) tinggal 800 juta atau mungkin tinggal 500 juta atau mungkin 250 juta. Tapi bangunannya Anda yakin bahwa ini bagus, kokoh, dan tempat strategis, cuma masalah waktu saja,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa pilihan saham di Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan pasar saham di Amerika Serikat. Namun, ia mengingatkan bahwa hal ini juga akan meningkatkan risiko selama berinvestasi.
“Di Indonesia itu total Total sahamnya ada 800 lebih, berarti menu makanan di depan kita saat ini ada 800 perusahaan yang bisa dibeli dengan uang kita. Di Amerika itu untuk saham indeks Russell saja ada 2000. Itu baru indeks Russell, belum NASDAQ yang mungkin ada 4000. Makanan ada 800 aja kita sudah bingung. Pilihan menunya banyak maka gagalnya akan lebih banyak,” beber Ryan.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa nilai kapitalisasi pasar saham di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan Amerika Serikat.
“Lalu minus selanjutnya adalah sebenarnya kapitalisasi kita di Indonesia itu masih kecil. Jadi boleh dibilang kalau 100% sebuah perusahaan yang ada dari 800 saham itu semuanya dijual, itulah nilai kapitalisasinya. Kalau dijumlahkan dan dibandingkan dengan satu perusahaan di Amerika misalnya Apple, kapitalisasi seluruh saham di Indonesia itu mungkin hanya 60% dari harga Apple. Jadi bayangkan di Indonesia itu murah banget,” tuturnya.
Namun, ia menekankan bahwa yang terpenting dalam investasi adalah pola pikir dari investor. Dengan demikian, tidak dapat disimpulkan apakah pasar saham Amerika Serikat lebih baik dibandingkan dengan Indonesia atau sebaliknya.
“Investasi itu tidak bisa dipaksakan. Kenapa? Karena investasi kalau dipaksakan dan tidak nyaman buat kita hasilnya enggak akan jalan dengan baik. Akhirnya enggak banyak hal yang kita pelajari di sana karena investasi itu adalah kesabaran, ada mental di situ, bukan cuma ujung-ujungnya duit,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: