The Fed Ada Rencana Naikkan Suku Bunga, Apakah BI Punya Niat Serupa?
Pada semester dua tahun 2023, The Fed diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga mengingat tingkat inflasi Amerika Serikat masih belum sesuai dengan target yang ditetapkan oleh sang bank sentral. Sebagai informasi, pada semester pertama tahun ini, The Fed mengumumkan peningkatan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%.
Naiknya suku bunga The Fed biasanya berimbas pada peningkatan suku bunga acuan di negara-negara lain, terlebih negara berkembang. Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Apakah Bank Indonesia (BI) akan ikut menggenjot suku bunga acuan pada paruh kedua tahun ini?
Baca Juga: Suku Bunga The Fed Naik, Investasi Saham dan Obligasi Akan Paling Bergairah
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Dr. Katarina Setiawan, mengatakan bahwa BI kemungkinan besar tidak akan menaikkan suku bunga acuan karena tingkat inflasi Indonesia masih terbilang aman selama enam bulan berturut-turut. Jika ingin menjaga kestabilan nilai tukar rupiah pun, BI cenderung akan melakukan kebijakan lain alih-alih meningkatkan suku bunga.
“Meskipun inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah masih tergolong aman, BI tetap tidak akan menurunkan suku bunga acuan. Karena, jika diturunkan lagi, rupiah justru dikhawatirkan akan mengalami depresiasi karena dianggap tidak menarik. Masih perlu waktu, tidak bisa cepat-cepat,” jelas Katarina dalam acara Market Update: No Harsh Landing, Jakarta, Selasa, 15 Agustus 2023.
Sementara itu, secara keseluruhan, Katarina optimistis perekonomian Indonesia dapat mencetak pertumbuhan yang lebih baik pada paruh kedua tahun 2023. Hal itu didorong oleh prediksi menurunnya inflasi dan adanya belanja kampanye dalam jumlah besar yang dapat meningkatkan konsumsi masyarakat.
“Lagipula, anggaran pemilu tahun depan memang lebih besar jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya karena tahun 2024 nanti, akan ada pemilu serentak yang waktunya berdekatan,” ungkap Katarina.
Katarina menyebutkan, setelah pandemi berakhir dan mobilitas masyarakat sudah berangsur normal, daya beli masyarakat pun ikut melambung. Hal itu terbukti dari data Manulife Aset Manajemen yang menunjukkan bahwa konsumen dengan modal belanja di atas Rp5 juta alias middle up consument mempunyai daya beli dan tingkat confidence yang kuat. Mereka giat melakukan travelling dan berbelanja di berbagai toko retail.
Baca Juga: Juli 2023, BI Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan Tetap di Level 5,75%
“Untuk masyarakat dengan modal belanja lebih rendah, pemerintah rencananya akan melakukan percepatan penyaluran bantuan sosial supaya daya beli kalangan menengah ke bawah dapat terbantu,” pungkas Katarina.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella