Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Rystad Energy: Eksplorasi Masif dan Pengembangan Lapangan Baru Migas Sangat Diperlukan

        Rystad Energy: Eksplorasi Masif dan Pengembangan Lapangan Baru Migas Sangat Diperlukan Kredit Foto: Djati Waluyo
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Indonesia harus melakukan percepatan kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan minyak dan gas (Migas) baru untuk menghindari potensi jadi negara net importir gas.

        Country Head Indonesia Rystad Energy, Sofwan Hadi mengatakan, berdasarkan hasil riset dan analisis Rystad Energy, produksi gas alam dari lapangan-lapangan yang ada sekarang diperkirakan hanya berkontribusi sebesar 35 persen dari total produksi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan domestik dalam 20 tahun ke depan, sedangkan 65 persen sisanya berasal dari produksi lapangan-lapangan gas baru.

        “Data ini menunjukkan peran penting kegiatan eksplorasi secara masif dan pengembangan lapangan migas baru untuk menunda beban impor,” ujar Sofwan dalam Media Briefing dengan tema Industri Migas Sangat Vital Bagi Pertumbuhan Ekonomi dan Transisi Energi, Rabu (23/8/2023).

        Baca Juga: Digadang Jadi Energi Alternatif, Industri Gas Nasional Hadapi Sejumlah Masalah

        Sofwan mengatakan, sejauh ini, beberapa lapangan gas baru sedang dalam proses pengembangan, antara lain Lapangan Andaman di lepas pantai Aceh, Lapangan Mako di kawasan Natuna, IDD Fase 2 (Gendalo dan Gendang) di Kalimantan Timur, Asap Kido Merah di Papua, dan Lapangan Abadi Masela di Maluku.

        Produksi gas dari lapangan-lapangan yang baru dikembangkan tersebut diproyeksikan akan memberikan kontribusi sekitar 60 persen bagi produksi gas nasional di 2030, dan naik menjadi 80 persen di 2035.

        "Tanpa dibarengi penemuan cadangan baru dan pengembangan lapangan, lonjakan produksi gas nasional dikhawatirkan hanya terjadi sesaat, sebelum kemudian mengalami penurunan menjelang 2040," ujarnya.

        Ia melanjutkan, hal tersebut harus dilakukan guna memenuhi volume konsumsi gas yang diperkirakan naik 298 persen pada tahun 2050 seiring target Indonesia untuk menjadi salah satu negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia. 

        Terlebih dalam era transisi energi menuju Net Zero Emission di 2060, peranan gas akan semakin kuat. Oleh karena itu, pengembangan lapangan gas harus segera dilakukan. 

        “Perusahaan eksplorasi dan produksi migas memegang peranan penting dalam proses pengembangan lapangan melalui percepatan FID (Final Investment Decision), mengingat mayoritas proyek yang ada masih berada pada fase penemuan cadangan (pre-FID),” ucapnya. 

        Baca Juga: CSIS: Perlu Kebijakan Lanjutan untuk Tetapkan Gas sebagai Energi Alternatif

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: