Ketua Program Studi Magister Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) M Luthfi Hamidi menjelaskan bahwa Alquran menyimpan hikmah yang masih relevan hingga saat ini, contohnya seperti kisah Nabi Yusuf.
Ia menggarisbawahi cerita Nabi Yusuf mengandung pelajaran ekonomi yang memiliki nilai klasik. Cerita tentang Nabi Yusuf yang menyimpan panen gandum untuk menghadapi krisis ekonomi yakni musim kering selama tujuh tahun, mengandung konsep ekonomi yang menarik dalam makro.
“Kalau sekarang kita mau ngomongin makro, misalnya di dalam Quran banyak sekali cerita tentang ekonomi. Salah satunya adalah Nabi Yusuf. Nabi Yusuf kalau kita tarik dalam variabel makro itu menarik sebetulnya dan itu pelajaran yang sangat klasik. Kisah Nabi Yusuf ketika beliau menyimpan dari panen gandum untuk mempersiapkan musim kering tujuh tahun,” jelas Luthfi, dikutip dari kanal Youtube lppi_id pada Rabu (23/8/2023).
Baca Juga: Investasi Ala Nabi Yusuf, Solusi Tepat Hadapi Krisis Ekonomi
Meskipun saat ini negara-negara sering menghadapi krisis ekonomi, Nabi Yusuf mengajarkan pendekatan yang sedikit berbeda. Dalam kisahnya, menghadapi krisis adalah hal alami yang bisa terjadi kapan saja, tetapi penting untuk berusaha secara sungguh-sungguh untuk melakukan penghematan sebelum meminta bantuan dari luar.
Pelajaran ini menunjukkan pentingnya menyimpan dan menghemat barang konsumsi sebagai langkah awal dalam menghadapi tantangan.
“Namun, yang diajarkan oleh Nabi Yusuf agak sedikit berbeda konteksnya dengan yang sekarang. Kita itu kalau krisis ekonomi, bisa meminta bantuan ke lembaga-lembaga. Katakanlah Indonesia, kita biasanya memanggil donor, misalnya IMF atau Bank Dunia untuk menyediakan dana talangan,” kata Luthfi.
Luthfi menyoroti bahwa ilmu ekonomi syariah memiliki fondasi yang unik, mengandalkan logika ekonomi sekaligus bimbingan dari para Nabi. Penerapan keduanya menghasilkan pandangan yang holistik terhadap isu-isu ekonomi, yang tidak dimiliki oleh ekonomi konvensional.
“Ilmu ekonomi syariah itu mengandalkan dua tumpuan, yaitu harus ada logika dan bersamaan dengan bimbingan dari para Nabi. Itu yang tidak dimiliki oleh ekonomi konvensional,” terangnya.
Dalam cerita Nabi Yusuf, Luthfi merinci bagaimana logika ekonomi dapat ditemukan. Dalam cerita tersebut, strategi Nabi Yusuf untuk melindungi panen memerlukan teknologi. Oleh karena itu, inovasi dengan memanfaatkan teknologi menjadi penting dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Luthfi menegaskan bahwa menjadi penganut ilmu ekonomi syariah memerlukan lebih dari sekadar rasionalitas atau spiritualitas. Pendekatan ini menekankan pada pentingnya bimbingan dari agama sebagai fondasi yang kokoh bagi tindakan ekonomi.
“Yang menarik di sini adalah Nabi Yusuf mengetahui ilmu dalam mengelola krisis ekonomi. Jadi, menjadi syariah itu tidak cukup kalau hanya rasional, tapi juga tidak memadai kalau kita hanya spiritual. Maka dari itu, pelaku ekonomi harus memiliki bimbingan dari agama, yaitu wahyu atau Allah SWT sebagai tumpuan,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: