Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Fokus Perkuat Ekosistem Kripto, Reku Telah Jangkau 500 Kota di Indonesia

        Fokus Perkuat Ekosistem Kripto, Reku Telah Jangkau 500 Kota di Indonesia Kredit Foto: Nadia Khadijah Putri
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Platform bursa dan pasar kripto berbasis di Indonesia, Reku, baru-baru ini mengumumkan keberhasilannya dalam menjangkau pengguna di 500 kota/kabupaten di Indonesia. Pencapaian ini juga didukung perusahaan untuk semakin memperkuat keamanan transaksi kripto dan inisiatifnya untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak. 

        Founder dan Chief Compliance Officer (CCO) Reku sekaligus Ketua Umum ASPAKRINDO, Robby Bun mengatakan pencapaian ini merupakan upaya lanjut perusahaan untuk meningkatkan adopsi kripto, serta menjawab tanganan-tantangan di ekosistem kripto Indonesia. 

        Baca Juga: Analis Reku Prediksi Potensi Halving Bitcoin di Tahun 2024, Efek Pemilu?

        Robby menjelaskan, tantangan yang Reku hadapi di industri kripto adalah masalah keamanan dan sentiment negatif terhadap kripto. Sebabnya, tindakan oknum yang tidak bertanggung jawab dan tidak sesuai dengan regulasi yang berlaku. 

        “Oleh sebab itu, investasi aset kripto kerap kali dikaitkan dengan berita negatif. Padahal, semuanya tergantung pada sejauh mana penyedia platform mematuhi peraturan yang ada,” ungkap Robby di acara “Workshop Fundamental Kripto dan Mengupas Tren serta Tantangannya di Indonesia” di kantor pusat AC Ventures, Jakarta pada Selasa (19/9/2023). 

        Untuk itu, Reku telah memastikan keamanan operasional yang selaras dengan peraturan pemerintah, yang diwujudkan dengan sertifikasi ISO 270001 untuk melindungi keamanan pengguna, menerapkan otentifikasi ganda, serta enkripsi berstandar internasional. 

        Lainnya, Reku juga juga telah mendapatkan izin Bappebti untuk fitur staking dan merilis Proof of Reserve (PoR) yang diuji dan diaudit akurat secara berkala. Menurut Robby, ini semua dilakukan untuk memastikan bahwa dana dan transaksi pengguna tersimpan secara utuh 1:1 dan dapat diverifikasi.

        Robby melanjutkan, literasi investasi dan kripto juga berperan penting dalam menjawab tantangan tersebut. Melalui literasi yang baik, masyarakat dapat mengambil keputusan berinvestasi yang bijak dan memahami risiko, termasuk memilih platform investasi yang tepat dan terdaftar. 

        “Reku aktif melakukan edukasi berbasis komunitas yakni ReKru Roadshow, yang telah diadakan di 30 kota dan menjangkau lebih dari 1.500 orang. Termasuk diantaranya kota tier 2 dan 3. Kegiatan ini sifatnya always-on, untuk meningkatkan literasi dan menangkap peluang adopsi kripto termasuk di luar pulau Jawa,” imbuh Robby.

        Robby menambahkan, investor perlu membudayakan “PERMISI” sebelum berinvestasi, yang terdiri dari cek PERizinan, pahaMI, dan diversifikaSI, untuk lebih bijak dalam menentukan platform dan instrumen investasi. 

        Baca Juga: Strategi CEO Reku Jaga Amanah Investor dan Pemerintah di Industri Kripto

        Lantas, bagaimana demografi investor Reku? Robby menjelaskan, porsi pengguna cukup bervariasi, yakni sebagian besar antara usia 18-30 tahun (48%), 31-44 tahun (38%), dan 45-55 tahun (13%).

        Soal bursa kripto, Robby juga turut menyoroti, bahwa kehadiran bursa kripto atau CFX dapat memberikan jaminan keterbukaan dan keamanan saat bertransaksi. 

        “Selain itu, Bursa Kripto menyediakan crypto village yang dapat meningkatkan literasi masyarakat. Ini merupakan peluang untuk mendorong adopsi kripto di Indonesia,” ungkap Robby.

        Baca Juga: Kripto Berpotensi Halving Jelang Tahun Pemilu, Ini yang Dilakukan Reku

        Reku terus aktif berkolaborasi bersama BAPPEBTI dan ASPAKRINDO untuk mengembangkan industri aset kripto yang sehat, termasuk dalam mendorong potensi ekosistem kripto dan meninjau dampak penerapan regulasi dan kondisi pasar.

        Dari pengamatan Reku, terjadi penurunan volume transaksi aset kripto hingga 78% dibandingkan secara tahunan (YoY) antara bulan Juni 2022 dan Juni 2023. Setelah ditinjau, terdapat salah satu faktor yang berkontribusi, yakni  keluhan pengguna terkait dengan penerapan pajak dalam transaksi aset kripto. 

        “Hal ini memiliki potensi untuk mendorong banyak investor memilih bertransaksi aset kripto di luar negeri. Tentunya, ini dapat memiliki dampak negatif bagi pedagang aset kripto di Indonesia," jelas Robby.

        Karena itu, marak exchanger ilegal, khususnya pada tahun 2022. Isu ini menjadi poin diskusi antara regulator dan asosiasi, termasuk ASPAKRINDO. Pada tahun 2022, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis kerugian masyarakat akibat kripto ilegal diperkirakan mencapai lebih dari Rp 4 triliun. Hal ini dipicu oleh keinginan masyarakat untuk menggunakan exchanger bebas pajak dan mencari variasi produk.

        Karena itu, Robby selaku perwakilan dari Reku, melakukan kolaborasi multi-stakeholders atau dengan berbagai pihak antara pelaku industri, asosiasi, dan regulator untuk mencari solusi penerapan regulasi yang ideal dan mendorong pengembangan inovasi produk. Meski begitu, Robby tetap optimis dengan pertumbuhan dan prospek kripto di Indonesia. 

        “Salah satu upaya Reku untuk mendukung pertumbuhan ekosistem di Indonesia yakni melalui inovasi produk dan layanan, seperti melalui fitur staking yang telah digunakan oleh 70% pengguna dan mencatat pertumbuhan volume transaksi sebesar 100% sejak Juni 2023,” kata Robby. Menariknya, Sumatera Utara menjadi salah satu provinsi dengan volume transaksi tertinggi dan menggunakan fitur staking

        Pada kesempatan yang sama, analis kripto Reku, Afid Sugiono juga membagikan pentingnya memahami modus penipuan yang kerap muncul di kripto. Misalnya, platform tidak terdaftar, pig butchering, skema ponzi, dan rug pull.

        Afid menyarankan investor untuk mempelajari fundamental aset kripto agar tidak terjerumus ke modus-modus tersebut. 

        Baca Juga: Reku Beberkan Strategi Optimalkan Aset Kripto di Tengah Volatilitas Pasar: Salah Satunya Staking

        “[Caranya] dengan membaca white paper aset kripto, untuk meneliti tentang tim pengembang, proyek, teknologi yang digunakan, serta masalah yang dihadapi dan solusinya. Selain itu, investor juga perlu memperhatikan kondisi pasar agar keputusan investasi lebih bijak, bukan sekedar ikut-ikutan,” tutup Afid.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: