Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arcipelagic and Island States (AIS) 2023 menjadi sebuah acara yang spesial untuk Indonesia.
Pasalnya, penyelenggaraan KTT AIS tahun ini akan menjadi ajang pertama dari forum tersebut yang akan dihadiri oleh level kepala negara.
Luhut berharap, dengan adanya KTT AIS yang akan dihelat di Bali pada Oktober nanti akan menciptakan kerja sama atau kesepakatan yang bakal dibentuk para negara anggota di KTT AIS kali ini, juga bisa menjadi hal yang konkret dan nyata bagi aspek kemaritiman negara-negara kepulauan tersebut.
Baca Juga: Desa Kuwasi di Pulau Obi, Menuju Relokasi yang Menjanjikan
"Kami tidak mau bicara soal triliunan dolar sebagaimana yang kerap dibicarakan di forum-forum internasional. Kita sih enggak usah sebesar itu lah, yang kecil-kecil saja. US$10 juta, US$20 juta, atau US$50 juta, tapi konkret kepada masalahnya," ujar Luhut dalam diskusi virtual, Senin (25/9/2023).
Luhut mengatakan, masalah yang harus ditangani secara konkret dari kesepakatan atau kerja sama dalam KTT AIS 2023 itu, misalnya seperti soal sampah laut, coral reef, replanting mangrove, dan hal-hal serupa lainnya.
"Nah, itu kan hal-hal yang bagus ya, yang konkret. Kemudian ada juga soal-soal perikanan yang kita coba sharing kepada mereka," ujarnya.
Lanjutnya, ia menyebut bahwa Presiden Jokowi juga berharap bahwa KTT AIS 2023 ini akan menghasilkan berbagai macam hal realistis, yang bisa dilakukan bagi aspek kemaritiman para negara kepulauan tersebut.
"Presiden Jokowi juga orangnya kan pragmatik. Dia bilang sama saya bahwa dia ingin yang konkret-konkret saja. Nah, itu yang kita tularkan," ungkapnya.
Luhut melanjutkan, dalam KTT AIS 2023 ini pemerintah Indonesia ingin menularkan lesson and learning kepada negara-negara peserta, yang umumnya merupakan negara-negara berkembang.
"Jadi share pengalaman kita kepada mereka, itu adalah tujuan utama kita. Prime Minister Papua Nugini mengatakan bahwa dia ingin hadir di KTT AIS 2023, karena banyak sekali kerja sama yang bisa dilakukan. Lalu negara dari kepulauan-kepulauan Pasifik seperti Fiji dan Madagaskar, nanti mereka perlu apa, kita bisa bantu," ungkapnya.
Baca Juga: Investasi Pulau Rempang, DPR Sebut Gaya Humanis Bahlil Perlu Dicontoh
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: