Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kaji Sukses Belajar Online dengan Kemampuan Literasi Digital di Lombok Timur

        Kaji Sukses Belajar Online dengan Kemampuan Literasi Digital di Lombok Timur Kredit Foto: Unsplash/ConvertKit
        Warta Ekonomi, Lombok Timur -

        Selain kemampuan literasi digital, salah satu ukuran dan kunci sukses belajar online yaitu kemampuan bersikap etis bermedia digital. Sikap etis tersebut perlu diimplementasikan dalam diri setiap pelajar sebagai generasi masa depan bangsa, dengan berkarya tanpa plagiarisme.

        Psikolog klinis Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Mataram Hellen Citra Dewi mengungkap hal tersebut, saat menjadi narasumber dalam Festival Literasi Digital di SMPN 1 Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (23/10).

        Baca Juga: Buka Peluang Pendapatan Tambahan di Era Kemajuan Digital, FUTR Luncurkan NALA

        Dalam acara yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB itu, Senior Trainer Yayasan Sejiwa tersebut menegaskan, etika digital harus dibarengi dengan kesadaran, kejujuran, dan tanggung jawab dengan tidak melakukan plagiarisme.

        ”Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 menyebutkan plagiarisme merupakan perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai,” tutur Hellen dalam diskusi untuk komunitas pendidikan di wilayah Bali-Nusa Tenggara itu.

        Dalam diskusi bertajuk ”Sukses Belajar Online dengan Kemampuan Literasi Digital” itu, Hellen menyebut, ruang lingkup plagiarisme di antaranya: mengutip kata-kata atau kalimat tanpa tanda kutip dan sumbernya, menggunakan gagasan, pandangan atau teori tanpa sumber.

        ”Juga, mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri, melakukan paraphrase tanpa menyebutkan sumber, menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan atau dipublikasikan oleh pihak lain seolah-olah sebagai karya sendiri,” rinci Hellen Citra Dewi dalam diskusi.

        Baca Juga: Jangan Cuma Transformasi Digital, Industri Asuransi Juga Diminta Perhatikan Hal ini

        Salah satu penyebab terjadinya plagiarisme, menurut Hellen, yaitu terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah karya. Selain itu, rendahnya minat baca dan analisis terhadap sumber referensi yang dimiliki, kurangnya pemahaman tentang kapan dan bagaimana harus melakukan kutipan.

        ”Kurangnya perhatian dari guru ataupun dosen, juga memberi andil terjadinya plagiarisme. Plagiarisme juga menjadi lebih mudah terjadi karena kemudahan akses internet untuk mendapatkan informasi,” pungkas Hellen Citra Dewi.

        Dari perspektif berbeda, dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Mataram Hartin Nur Khusnia, mengajak warganet untuk memahami kelebihan dan kekurangan jenis media sosial untuk melawan kabar bohong (hoaks).

        Baca Juga: Tantangan Digitalisasi Kian Besar, Nilai-Nilai Pancasila Harus Jadi Karakter Budaya Bermedia Digital

        ”Gunakan Google cek fakta untuk memverifikasi sebuah informasi. Tips melawan kabar bohong, yaitu verifikasi sebelum membagikan, cek fakta, dan pertimbangkan urgensi dan manfaatnya,” jelas Hartin.

        Sementara, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur Izzuddin menambahkan, sukses belajar online butuh kompetensi digital terkait perangkat digital, dan pengamanan identitas data pribadi. Kompetensi lainnya, yakni mewaspadai penipuan online, rekam jejak digital, dan memahami keamanan digital bagi anak.

        ”Waspadai Malware (Malicious Software): Virus, Worm, Trojan Horse, Ransomware, Spyware/Adware, serta phising dan scam. Misalnya peretasan akun, impersonasi, penjual palsu, lowongan kerja palsu, hingga modus percintaan palsu,” sebut Izzuddin.

        Selain ketiganya, diskusi dalam festival literasi digital untuk komunitas pendidikan di Bali-Nusa Tenggara itu, juga menghadirkan Kepala Bidang Pembinaan SMP Dikbud Lotim Mustiaji Amiruddin, Kepala Bidang Pembinaan SD Dikbud Lotim Harurrazak Hanafie, dan Jawara Internet Sehat NTB Nurliya Ni’matul Rohmah sebagai narasumber.

        Baca Juga: Transaksi Digital Masyarakat Meningkat, Bank Raya Perluas Community Branch Sasar Pertumbuhan Pelaku Usaha dan Komunitas

        Untuk diketahui, webinar literasi digital pada lingkup komunitas merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia #MakinCakapDigital (IMCD). IMCD diinisiasi Kemenkominfo untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga 2024.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: