- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Startup Bioteknologi Moosa Genetics Raih Pendanaan Baru dari East Ventures
Perusahaan rintisan (startup) genomik hewan dan bioteknologi di Indonesia sejak tahun 2016, Moosa Genetics, hari ini meraih pendanaan baru yang dipimpin oleh East Ventures, perusahaan modal ventura untuk seluruh sektor (sector-agnostic) berfokus di Asia Tenggara.
Pendanaan yang tidak disebutkan nilainya ini dialokasikan untuk membangun laboratorium, tim, pemasaran, dan kemitraan daging wagyu untuk memenuhi permintaan pelanggan.
Dilansir dari keterangannya pada Senin (23/10/2023), Chairman dan Co-founder Moosa Genetics sekaligus Ketua Umum Asosiasi Genomik Indonesia, Ivan R. Sini, mengatakan bahwa pihaknya yakin bahwa investasi dari East Ventures dapat memvalidasi visi perusahaan untuk memajukan peternakan di Indonesia. Ivan percaya, bahwa startup tersebut dapat membuka peluang peternakan sapi lokal.
Baca Juga: East Ventures Umumkan 'Healthcare Fund' Pertamanya sebesar US$30 juta
“Melalui teknologi reproduksi dan molekuler hewan modern, kami memungkinkan produksi dan kualitas daging lebih baik namun dengan harga yang lebih rendah, sehingga bisa memberikan manfaat besar bagi industri dan konsumen. Kami berharap dapat menghadirkan lebih banyak antusiasme di bidang ini di masa depan,” ujar Ivan yang dilansir pada Senin (23/10/2023).
Moosa Genetics didirikan pada tahun 2016 oleh Ivan R. Sini (Chairman), Deddy F. Kurniawan (co-CEO), Jeremia Michael Sutandy (Co-CEO dan Managing Director), Arief Boediono (Chief Scientific Petugas), dan Sigit Prastowo (Chief Geneticist Officer), startup ini hadir untuk merumuskan ulang dan menetapkan standar baru kualitas terbaik dalam industri peternakan Indonesia.
Hadirnya Moosa Genetics terpicu dari industri peternakan sapi di Indonesia yang terfragmentasi dan sekitar 80%-nya didominasi peternak skala kecil. Sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa – Provinsi Jawa Timur sendiri menyumbang sekitar 30% dari populasi sapi di Indonesia. Petani skala kecil seringmemelihara sapi untuk tabungan daripada untuk pasar komersialisasi, sehingga menghambat potensi pasokan daging dalam negeri secara signifikan.
Di samping itu, sebagian besar peternak sapi juga merupakan peternak yang menggunakan sistem produksi yang minim, dengan input dan output rendah, serta menghadapi tantangan dalam mengembangkan bisnis peternakan mereka. Hal ini mencakup terbatasnya akses keuangan dan modal, kurangnya jaminan, dan sektor keuangan tradisional yang berhati-hati dalam memberikan pinjaman karena risiko yang ada. Akibatnya, produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 40% permintaan daging sapi Indonesia sehingga menyebabkan ketergantungan Indonesia pada impor daging sapi, khususnya dari Australia.
Karena itu, Moosa Genetics menghadirkan inovasi berbasis bioteknologi untuk mewujudkan revolusi peternakan sapi dan daging sapi di Indonesia. Startup ini memanfaatkan teknologi transfer embrio dan teknik seleksi gen inovatif seperti CRISPR, sebuah teknologi untuk memodifikasi DNA secara selektif, untuk mentransformasikan industri peternakan sapi dan produksi daging sapi. Dengan begitu, hasil dan kualitas daging meningkat, sekaligus mengurangi biaya.
Kehadiran Moosa Genetics didorong oleh misi visioner untuk meningkatkan jenis sapi lokal, yang dikenal sebagai “Sapi Merah Putih”, ke standar unggul, sehingga akan meningkatkan peluang ekonomi dan kualitas daging. Sapi Merah Putih merupakan simbol keunggulan sektor peternakan dan daging sapi Indonesia.
Namun, Moosa Genetics menyadari rumitnya proses pemuliaan dan mengakui bahwa tidak ada solusi tunggal perbaikan genetik yang dapat menentukan versi ideal sapi lokal untuk Indonesia. Harapan besar akan ciri-ciri, seperti ketahanan terhadap penyakit dan kualitas daging yang unggul, harus dibuktikan nilai ekonominya secara empiris.
Baca Juga: East Ventures, Pelopor Investasi Startup Indonesia, Kucurkan Pendanaan ke Mesh Bio Singapura
“Untuk mengatasi tantangan tersebut, Moosa Genetics menekankan pentingnya kolaborasi antara pemangku kepentingan industri, penyedia platform, dan peneliti yang berdedikasi untuk menilai dan mengukur peningkatan terhadap standar peternakan sapi saat ini secara komprehensif,” kata Ivan.
Partner di East Ventures, Avina Sugiarto, mengakui bangga menjadi bagian dari Moosa Genetics. Menurutnya, pendekatan startup ini terhadap peternakan sapi melalui bioteknologi dapat mendorong revolusi di industri peternakan, mengatasi tantangan dan tuntutan penting di bidang peternakan, memastikan produksi pangan berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan pangan dalam negeri.
“Dengan peluang besar yang ada di Indonesia, kami yakin Moosa Genetics mendorong perubahan dan pertumbuhan positif di bidang ini,” kata Avina.
Sampai sekarang, Moosa Genetics telah beroperasi di dua lokasi di Sumatera Barat dan akan bermitra dengan peternak di setiap wilayah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: