Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 1, Anies Baswedan mengaku akan menerapkan pendekatan konflik di Jakarta untuk menyelesaikan persoalan yang ada di Papua.
"Soal Papua ini, saya ingin menyampaikan pendekatan yang kami lakukan dalam menyelesaikan konflik-konflik yang ada di Jakarta dan pendekatan itu yang InsyaAllah yang akan kami lakukan kalau ada konflik apapun di luar," kata Anies dalam acara yang digelar PWI Pusat di Kantor Dewan Pers, Jakarta, Jum'at (1/12/2023).
Baca Juga: Rahasia Mengatur Jakarta, Anies Baswedan: Hasil Kerja Pihak Tak Terlihat
Semasa menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies mengaku banyak kampung-kampung yang berstatus konflik. Bahkan, dia mengklaim telah diperingati aparat kepolisian untuk tidak berkunjung ke wilayah tersebut lantaran sambutan yang diberi penduduk setempat yang kurang bersahaja.
"Ada tempat yang aparat kita saja, itu memberitahu 'Pak Gubernur jangan ke sana'. Karena kalau aparat kami datang, itu disambutnya pakai parang. Mungkin itu tidak menonjol di media, tapi itu terasa sekali di Jakarta Timur," jelasnya.
Meski begitu, Anies mengaku tak menghiraukan imbauan dari aparat tersebut. Dia mengaku tetap menemui masyarakat di wilayah tersebut dan menemukan pendekatan yang baik untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Dia menyebut pendekatan itu dengan kolaborasi. Sebagai pemangku kepentingan, Anies mengaku berdialog dengan masyarakat setempat untuk merumuskan solusi atas persoalan yang ada pada saat itu.
Baca Juga: Cuma Merusak, Anies Baswedan Klaim Tak Pernah pakai Buzzer
"Punya kewenangan, bukan berarti punya pengetahuan. Tapi duduk dan panggil siapa, satu identifikasi stakeholder utama, siapa saja. Terus yang kedua, libatkan pakar yang memiliki contoh-contoh komparatif atas solusi. Jadi kan kita-kita semua ga bisa berpikir outside the box karena kita itu box in dengan urusan ini," tuturnya.
Selain itu, Anies mengaku akan memposisikan setiap unsur negara dengan partisipan, bukan fasilitator. Meski begitu, dia mengaku tetap membutuhkan fasilitator percakapan untuk memfasilitasi para pihak yang berkepentingan untuk mencari solusi.
"Jadi stakeholder-nya, komparatur expert-nya, kemudian negara, lalu di situ ada fasilitator yang memfasilitasi tiga pihak ini berunding mencari jalan bersama," paparnya.
Dia menyebut, pendekatan penyelesaian konflik itu mesti dikerjakan bersama untuk bisa melahirkan solusi yang dibutuhkan. Lebih jauh, dia juga menegaskan persoalan yang terjadi di Papua tidak berpusat di satu titik tertentu. Pasalnya, Papua sendiri terbagi menjadi beberapa wilayah yang berbeda.
"Ketika mengatakan masalah di Papua, maka masalahnya itu jangan dianggap satu di semua tempat. Papua pegunungan, punya tantangan yang berbeda dengan Papua pesisir. Dan Papua pegunungan pun bervariasi itu," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: