Dalam era di mana keterbukaan dan pemberdayaan individu semakin ditekankan, fenomena siswa melawan guru di sekolah menjadi perhatian yang mendesak. Tidak lagi hanya sebagai otoritas tunggal dalam ruang kelas, guru kini harus menghadapi tantangan baru dari siswa yang lebih berani dalam mengekspresikan pendapat mereka.
Masalahnya adalah ketika hal tersebut memicu kebencian siswa terhadap gurunya dan menimbulkan dampak negatif misalnya siswa menjadi pemarah, mogok sekolah, nilai akademiknya turun, atau sulit diatur oleh gurunya. Fenomena seperti ini memberikan sedikit gambaran bahwa sebagian kecil pendidikan di Indonesia sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Peristiwa siswa melawan guru baik secara langsung maupun melalui jalur hukum semakin sering terdengar.
Yasinta Indrianti, Psikolog dari Profil Talenta Indonesia mengungkapkan, perilaku melawan guru ini juga didukung dengan karakteristik remaja yang sedang berada dalam masa pencarian jati diri, ingin rasa berkompetisi menunjukkan eksistensi tetapi terkadang tidak bisa menyalurkannya dengan tepat.
Untuk mencegah siswa melawan guru di sekolah, penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, aman, dan mendukung. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Memperkuat Hubungan Positif: Guru perlu membangun hubungan yang positif dengan siswa dengan menunjukkan penghargaan, empati, dan perhatian terhadap kebutuhan mereka.
2. Komunikasi Terbuka: Penting untuk membuka saluran komunikasi yang terbuka antara guru dan siswa. Siswa harus merasa nyaman untuk menyampaikan masalah atau kekhawatiran mereka.
3. Melibatkan Siswa dalam Pengambilan Keputusan: Memberikan siswa kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi mereka, dapat memberikan mereka rasa memiliki terhadap lingkungan sekolah
4. Melakukan Pelatihan Keterampilan Sosial: Memberikan pelatihan keterampilan sosial kepada siswa dapat membantu mereka belajar cara berkomunikasi dengan baik, menyelesaikan konflik secara konstruktif, dan bekerja sama dalam tim.
“Saat ini, sudah seharusnya siswa diberikan aktivitas positif dengan dukungan guru, misalnya saja membuat kompetisi agar siswa dapat bersaing secara sehat,” paparnya.
Ada beberapa kompetisi positif agar siswa dapat menyalurkan ide dan bakatnya dengan mengikuti beragam kegiatan. Salah satunya mengikuti ajang Yupi Good Talent yang diadakan oleh Yupi Gummy setiap tahunnya. Tahun ini, Yupi Good Talent menjadi tahun ke-lima, dengan total peserta ribuan setiap tahunnya. Ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk menginspirasi perubahan positif dalam budaya dan perilaku sehari-hari.
Yupi Good Talent, merupakan ajang pencarian bakat untuk anak dan remaja. Di sinilah, anak-anak dan remaja Indonesia dapat menyalurkan kreativitasnya dan mengekspresikan talenta positif dalam bidang seni yakni menyanyi, menari dan lainnya seperti story telling, gymnastic dan bermain musik. Ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk menginspirasi perubahan positif dalam budaya dan perilaku sehari-hari.
Tak sekedar permen, Yupi juga mengeluarkan Yupi CDZ (Vitamin C-Vitamin D-Mineral Zinc) yang terbukti membantu menjaga daya tahan tubuh supaya tidak gampang sakit, sehingga bisa terus beraktifitas dan berkarya tanpa halangan.
“Anak-anak dan remaja dapat menyalurkan energinya ke hal-hal yang positif dan kreativitas mereka menjadi prestasi yang bisa dibanggakan serta menginspirasi. Dengan mengikuti ajang kompetisi yang positif ini, sikap agresif siswa terhadap gurunya dapat diminilisir. Ajang ini dapat menyuarakan semangat positif dan ceria,” kata Addyono H. Koloway, Promotion Manager PT Yupi Indo Jelly Gum.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung, di mana siswa merasa dihargai, didengarkan, dan terlibat secara aktif dalam proses pendidikan mereka.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait: