Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Seimbang, Pemerintah Jamin Program Biodiesel Tidak Ganggu Pasokan CPO

        Seimbang, Pemerintah Jamin Program Biodiesel Tidak Ganggu Pasokan CPO Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan program mandatory biodiesel B40 bahkan B50 yang membutuhkan bauran solar dengan 50% campuran bahan bakar nabati minyak sawit tidak akan mengganggu pasokan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) untuk kebutuhan bahan baku industri pangan, seperti minyak goreng.

        Menurut Agus Cahyono Adi selaku Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama (KLIK) Kementerian ESDM, pasokan CPO untuk pasar domestik sudah dijaga keseimbangannya baik untuk kebutuhan energi maupun pangan.

        Baca Juga: Sinar Mas: Kolaborasi Lintas Sektor Kunci Dekarbonisasi di Industri Kelapa Sawit

        Dia menegaskan bahwa serapan CPO baik untuk pangan maupun energi sama-sama penting dan tidak boleh mengganggu sektor pangan.

        "Program biodiesel ini juga menstabilkan supply demand-nya sehingga harganya stabil. Petani juga mendapatkan hasilnya," Kata Agus dalam keterangannya, Senin (7/10/2024).

        Perihal bahan baku minyak sawit yang disebut-sebut kian terbatas, Agus menegaskan bahwa hal tersebut akan menjadi pengelolaan oleh Kementerian Pertanian dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

        "Jadi antarkementerian, tentunya harus seimbang," tegasnya. 

        Baca Juga: APROBI Ungkap Tantangan bagi Produsen Biodiesel Indonesia, Apa Saja?

        Sebagai informasi, simulasi dari wacana biodiesel B50 sebagaimana direncanakan oleh presiden terpilih, Prabowo Subianto, bakal dibagi ke dalam beberapa tahapan.

        Hal ini juga diungkapkan oleh Direktur Pengelola dan Pemasaran Hasil Perkebunan Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Prayudi Syamsuri, mengungkapkan bahwa Kementan dalam skenario jangka pendek membuka peluang pemenuhan bahan baku (feed stock) yang dilakukan melalui pengalihan ekspor minyak sawit mentah secara bertahap.

        "Dalam jangka pendek, yang bisa kita alihkan adalah tujuan ekspor yang mungkin akan kita kurangi bertahap," ujar Prayudi.

        Baca Juga: Sukses Jadi Role Model Hilirisasi Industri, Kemenperin Dukung Riset Sawit

        Posisi produksi minyak sawit Indonesia, kata dia, saat ini mencapai 54,8 juta ton per tahun yang mana 31,6 juta ton di antaranya merupakan alokasi ekspor.

        Maka dari itu, Kementan menawarkan simulasi di mana 5,7 juta kiloliter (kl) dari alokasi ekspor sebesar 31,6 juta ton bakal dialihkan untuk menambah bauran biodiesel menjadi B50. Alhasil, konsumsi domestik untuk minyak goreng dan sebagainya berada pada level 12,6 juta ton.

        "Ekspor kita ambil 5,7 juta kl saja itu bisa menambah persentase biodiesel ke B50, artinya ada tambahan 5,7 juta [kl] kita ambil untuk kita alihkan dalam posisi menambah persentase biodiesel sehingga bisa jadi B50," ujarnya.

        Baca Juga: Peneliti ITB Buat Markah Jalan dari Gliserol Sawit

        Untuk diketahui, berdasarkan data Statistik Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, angka sementara 2023, kelapa sawit memiliki lahan seluas 16,8 juta ha dengan produksi sebesar 46,9 juta ton.  Sementara itu, konsumsi CPO dalam negeri digunakan untuk 3 kebutuhan, yakni pangan, oleokimia dan biodiesel.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: