Harga minyak mentah dunia mencatat penurunan tajam pada perdagangan di Jumat (29/11). Hal ini tidak terlepas dari masih belum seimbangnya supply and demand komoditas terkait hingga meredanya ketegangan di Timur Tengah.
Dilansir Senin (2/12), West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari 2025 turun 72 sen (1,05%) menjadi US$68. Sementara Brent untuk pengiriman Januari 2025 turun 34 sen (0,46%) menjadi US$72,94.
Baca Juga: Jelang Nataru, Mendag Klaim Stok Minyakita Stabil
Komoditas minyak diprediksi masih akan mengalami tekanan dikarenakan belum seimbangnya antara pasokan dan permintaan akan komoditas terkait.
Badan Energi Internasional (IEA) baru-baru ini memproyeksikan surplus pasokan minyak global lebih dari 1 juta barel per hari (bpd) di 2025. Prediksi ini diperburuk dengan belum pulihnya permintaan minyak dari importir besar seperti China dan Amerika Serikat (AS).
Adapun The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) memutuskan untuk menunda pertemuan kebijakan dari 1 Desember ke 5 Desember 2024. Hal ini diprediksi karena lembaga tersebut akan memperpanjang kebijakan pemangkasan produksi mengingat belum pulihnya permintaan dari importir.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik global sedikit mereka dengan adanya langkah gencatan senjata yang dilakukan oleh Israel dan Hezbollah. Gencatan tersebut menurunkan resiko dan menyebabkan harga minyak bergerak lebih rendah.
Baca Juga: UMKM Binaan Pertamina Raih Transaksi Lebih dari Rp4,5 Miliar di Belanda
Dengan kombinasi pasokan yang diperkirakan meningkat sementara permintaan masih rendah, tekanan pada harga minyak kemungkinan akan berlanjut. Keputusan OPEC+ dalam waktu dekat tetap menjadi faktor kunci yang dapat mengubah arah pasar, terutama terkait kebijakan produksi untuk tahun depan.