Indeks Dolar Amerika Serikat (AS) melemah hingga 0,12% pada perdagangan di Selasa (3/12). Hal ini dipicu oleh dinamika global tersebut ekspektasi terkait dengan kebijakan suku bunga yang dilakukan oleh Federal Reserve (The Fed)
Gubernur Fed Christopher Waller baru-baru ini menyatakan dukungannya untuk pemotongan suku bunga dalam pertemuan FOMC 17-18 Desember 2024. Hal ini membuat peluang pemangkasan suku bunga naik menjadi 73%.
Baca Juga: Resmikan Korea-Indonesia SFTC, Menteri UMKM Optimistis Pelaku UMKM Semakin Berdaya Saing
Di sisi lain, terdapat juga dinamika moneter global yang membuat dolar tertekan, misalnya lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang (JGB). Lonjakan tersebut membuat yen menguat dan memberikan tekanan tambahan pada indeks dolar.
Meskipun melemah, dolar tetap mendapat dukungan dari data ekonomi yang menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja. Data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) Oktober baru-baru ini menunjukkan adanya kenaikan sebesar lowongan kerja hingga 7,744 juta atau melampaui ekspektasi 7,519 juta.
Di sisi lain, dolar juga dapat menguat dengan kabar terkait perintah darurat militer di Korea Selatan. Langkah ini menjadi salah satu kebijakan paling kontroversial dalam sejarah politik modern Korea Selatan.
Baca Juga: Investor Global Optimis Terhadap Iklim Investasi Indonesia
Investor disarankan untuk tetap waspada terhadap perkembangan politik global yang dapat memengaruhi pasar secara signifikan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: