- Home
- /
- Kabar Sawit
- /
- Agronomi
Lebih Unggul dari Tebu, Gula Merah Sawit Dinilai Bisa Jadi Kunci Wujudkan Ambisi Swasembada Gula
Dari tahun ke tahun, Indonesia kian mengalami ketergantungan pada impor gula yang tinggi. Melihat kondisi tersebut, pemerintah telah menargetkan swasembada gula dalam tempo sesingkat-singkatnya. Di sisi lain, Indonesia juga memiliki potensi untuk mendukung percepatan swasembada gula secara signifikan, salah satunya dengan memanfaatkan gula merah sawit.
Untuk diketahui, Indonesia memiliki perkebunan sawit dengan luas sekitar 16.8 juta hektare. Dari luasan tersebut, diperlukan sekitar 4% perkebunan sawit yang direplanting tiap tahunnya agar komposisi tanaman relatif seimbang untuk menjamin stabilitas produksi minyak sawit. Dari kebun yang telah direplanting itu, ada batang pohon sawit tumbang yang dapat menghasilkan nira yang menghasilkan gula merah sawit.
Baca Juga: BPDPKS: Harmonisasi Regulasi Masih Jadi Tantangan Mendasar di Industri Sawit
Pohon batang kelapa sawit yang telah ditebang ini diketahui menghasilkan air nira selama 30 hingga 40 hari dengan total produksi sebanyak 5 – 7 liter per hari. Nantinya, jika nira ini diolah menjadi gula merah dengan tingkat rendemen gula sebanyak 20 hingga 30%, maka gula merah sawit yang dihasilkan sebanyak 1.2 hingga 1.75 kilogram per pohon per harinya selama fase produksi air nira tersebut.
Lebih lanjut, berdasarkan catatan tim riset dari Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), ada beberapa keunggulan dari gula merah sawit dibandingkan dengan gula merah lainnya.
Keunggulan yang pertama adalah gula merah sawit adalah gula fruktosa, bukannya sukrosa seperti tebu. Dikatakan bahwa gula merah sawit ini jauh lebih sehat secara kesehatan dibandingkan dengan gula tebu.
Sejatinya gula fruktosa ini bukanlah hal yang baru. tercatat Amerika Serikat telah mengembangkan sirup fruktosa dari jagung pada tahun 1970-an. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi impor gula tebu.
Baca Juga: Lima Pekerjaan Rumah yang Belum Selesai Terkait Legalitas di Kebun Sawit
Selain itu, gula merah sawit juga memenuhi aspek acceptability lantaran konsumsi gula merah menjadi bagian dari budaya setiap daerah di Indonesia.
Keunggulan kedua yakni gula merah sawit tersedia sepanjang tahun. Hal tersebut memenuhi aspek ketersediaan atau availability. Ketersediaan tersebut dipengaruhi oleh replanting sekitar 4% per tahun dari luas area kebun sawit. Hal tersebut mengakibatkan produksi gula merah sawit tergolong cukup besar sekitar 3.7 juta ton tiap tahunnya.
Keunggulan ketiga berasal dari segi keterjangkauan atau affordability baik secara ekonomi maupun fisik atau ruang yang terpenuhi. Tercatat gula merah sawit yang diproduksi dari kebun sawit replanting tersebar di 26 provinsi dan 250 kabupaten seluruh Indonesia.
“Mengingat sumber gula merah sawit adalah dari batang sawit saat replanting, biaya produksi tidak diperlukan kecuali biaya pemanenan dan pengolahan sederhana sehingga harga relatif terjangkau dibanding gula tebu,” tulis tim riset PASPI, dikutip Warta Ekonomi, Senin (9/12/2024).
Yang keempat keunggulan dari segi keberlanjutan atau sustainability. Menurut tim riset PASPI, gula merah sawit relatif lebih sustainable. Di sisi lain, pemanfaatan gula merah sawit merupakan bentuk ekonomi sirkuler lantaran memanfaatkan limbah batang sawit yang telah di-replanting.
Di sisi lain, sumber gula merah sawit dari batang sawit tidak terkait dengan land use changes atau ekspansi lahan. Biasanya, produksi dan konsumsi gula merah sawit ini berada pada lingkup lokal sehingga implikasinya, produksi gula merah sawit ini memiliki jejak karbon yang mendekati nol bahkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan gula tebu.
Keunggulan terakhir, produksi gula merah sawit bisa menekan hama penyakit kumbang tanduk yang merupakan musuh utama tanaman sawit. Hal tersebut karena produksi gula merah sawit berasal dari batang pohon sawit. Di sisi lain, produksi tersebut bisa mempercepat pengolahan batang kelapa sawit yang telah ditebang, serta mengurangi biaya replanting untuk chipping.
Baca Juga: Investor Pemula Merapat! BEI Ungkap Keunggulan Produk SSF
“Dengan kata lain, gula merah sawit secara availability, acceptability, affordability dan sustainability menyuguhkan alternatif untuk sumber gula nasional. Dengan produksi sekitar 3.7 juta ton per tahun tersebut dan ditambah dengan produksi gula tebu yang ada akan mempercepat Indonesia mencapai swasembada gula. Tidak hanya swasembada gula semata, tetapi juga swasembada gula yang lebih sustainable, lebih green, dan kompetitif,” pungkas tim riset PASPI.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar