Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Eddy Soeparno menyatakan bahwa Subsidi BBM adalah Pil Racun yang harus terus diminum.
”Subsidi ini memang poison pill. Jadi, harus diminum, tapi kalau gak diminum ga bisa hidup, tapi diminum kita jadi sakit juga,” ucap Eddy di gelaran Hilir Migas Conference & Expo dan BPH Migas Awards 2024 di Jakarta, Kamis (12/12/2024).
Kondisi ini diperparah dengan volume subsidi yang kian naik dari tahun ke tahun. Maka demikian reformasi subsidi katanya memang amat perlu dilakukan agar tepat sasaran.
Pasalnya, kondisi saat ini 30% pengguna BBM subsidi jenis Pertalite ujar Edddy adalah masayarakat mampu. Selanjutnya untuk LPG volume tak tepat sasarannya lebih tinggi mencapai 80%. Dua komoditas ini meruapakan porsi subsidi dan kompensasi terbesar bagi negara.
Maka dari itu, saat ini Pemerintah terus mencari skema terbaik dalam penerapan subsidi ke depan. Salah satu opsi terbaiknya, langsung diberikan ke penerima.
Baca Juga: Kuota BBM Tahun 2025 Menurun jadi Segini
”Misal LPG 3 kg, harga Rp 18-20 ribu. Tapi di dalam itu ada subsidi pemerintah sebesar Rp 33 ribu. Artinya harga keekonomiannya Rp 53 ribu. Untuk kurangi itu, alangkah baiknya, misal 1 keluarga, 3 tabung per bulan. Setiap bulan mereka akan terima transfer-an Rp 100 ribu ke rekening,” ucap Eddy.
Opsi ini dinilai paling tepat untuk menyuplai subsidi di masyarakat. Sehingga dapat menghemat besaran subsidi yang selama ini terus memberi beban besar bagi kas negara.
”Memang ada kekhawatiran itu akan angkat inflasi. Tapi saya kira kalau kita seimbangkan harganya dengan inflasi serendah-rendahnya, kita bisa kurangi secara signifikan energi subsidi itu,” tutup Eddy.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: