Dolar Amerika Serikat (Dolar AS) mencatat penguatan signifikan pada penutupan perdagangan di Selasa (17/12). Hal ini menyusul ekspektasi terkait dengan kuatnya perekonomian dari AS.
Dilansir Rabu (18/12), Indeks Dolar AS tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,1% ke 106,98 usai adanya rilis data penjualan ritel untuk November 2024. Data tersebut mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya hingga 0,7%. Capaian tersebut melebihi ekspektasi dari pasar.
Baca Juga: Menko Airlangga Lantik Pejabat Eselon I, Harapkan Ini Guna Capai Target Pertumbuhan Ekonomi
Adapun kenaikan tersebut tidak terlepas dari pembelian kendaraan bermotor yang melonjak dan lonjakan belanja online yang mencerminkan daya beli konsumen yang tetap kuat.
Kepala Strategi Pasar Global State Street, Marvin Loh menyatakan dengan capaian tersebut, pasar lebih optimistis terkait dengan efek kebijakan moneter terhadap pergerakan dari dolar.
"Pasar kini mempertimbangkan apakah dolar akan terus menguat atau saatnya untuk melemah setelah lonjakan luar biasa tahun ini," ungkapnya.
Menurutnya, Federal Reserve (The Fed) kemungkinan bisa saja tak memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menyusul sinyal masih kuatnya perekonomian dari AS.
Meski begitu, ekspektasi terkait dengan pemangkasan suku bunga sangatlah kuat dalam benak pasar. CME Fedwatch baru-baru ini menunjukkan ekspektasi tersebut bahkan telah mencapai 95%.
Baca Juga: Dongkrak Ekonomi, Kemenperin Dorong Adanya Kenaikan Produktivitas IKFT
Penguatan dolar meski didukung data ekonomi positif akan tetap bergantung terhadap prospek kebijakan moneter dari bank sentral global termasuk The Fed.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar