Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Iran Bersiap Balas Serangan AS ke Situs Nuklir Fordow

        Iran Bersiap Balas Serangan AS ke Situs Nuklir Fordow Kredit Foto: Reuters/Morteza Nikoubazl
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemerintah Republik Islam Iran, menegaskan akan membalas serangan Amerika Serikat dan Israel ke situs nuklir bawah tanah yang berada di Fordow. Serangan tersebut menjadi yang terbesar sejak berdirinya Iran pada 1979.

        Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi, menegaskan Iran menolak ke meja diplomasi sebelum melakukan serangan balasan kepada dua negara tersebut.

        “AS telah menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati hukum internasional. Mereka hanya mengerti bahasa ancaman dan kekuatan,” tegasnya, dilansir dari Reuters, Senin (23/6/2025).

        Baca Juga: Singgung Itikad Baik, Ternyata Ini Alasan Trump Serang Fasilitas Nuklir Iran

        Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menyebut serangan itu sebagai keberhasilan militer spektakuler dan mengklaim fasilitas pengayaan uranium Fordow telah dihancurkan sepenuhnya.

        Meski demikian, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) belum dapat memastikan tingkat kerusakan karena struktur berada jauh di bawah tanah.

        Pemerintah Iran membantah klaim tersebut dan menyatakan sebagian besar uranium yang diolah telah dipindahkan sebelum serangan terjadi. Meski begitu, situasi terus memburuk di kawasan.

        Ketegangan semakin meningkat setelah Iran menembakkan rudal ke wilayah Israel, yang menewaskan sedikitnya 24 orang dalam sembilan hari terakhir. Israel membalas dengan serangan udara yang menghantam pangkalan militer dan rumah pejabat tinggi Iran.

        Akibatnya, lebih dari 400 orang di Iran dilaporkan tewas, sebagian besar warga sipil. Ribuan warga sipil pun telah meninggalkan Teheran.

        Dalam pernyataannya, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menegaskan bahwa operasi tersebut tidak bertujuan menggulingkan pemerintahan Iran.

        “Misi ini bukan tentang perubahan rezim. Operasi presisi terhadap program nuklir Iran," ujarnya.

        Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa tujuan negaranya lebih luas. Ia menyebut operasi militer ini sebagai upaya menghapus ancaman nuklir dan rudal balistik dari Iran.

        Dampak militer ini menjalar ke sektor global. Pemerintah AS telah mengeluarkan peringatan keamanan global bagi warganya di luar negeri karena kekhawatiran atas protes dan gangguan penerbangan di Timur Tengah. Di dalam negeri, gelombang demonstrasi anti-perang pecah di kota-kota besar seperti New York dan Washington.

        Baca Juga: Trump Serang Fasilitas Nuklir Iran, Sumpah Teheran Berpotensi Jadi Kenyataan

        Sebagai tanggapan atas serangan tersebut, parlemen Iran menyetujui rencana penutupan Selat Hormuz—jalur penting pengiriman sekitar 25% minyak dunia. Meski keputusan akhir masih menunggu persetujuan Dewan Keamanan Nasional Iran, ancaman itu telah memicu lonjakan harga minyak global. Harga minyak mentah Brent tercatat menembus level US$80,28 per barel, tertinggi sejak Januari.

        Sidang darurat Dewan Keamanan PBB telah digelar untuk meredakan eskalasi, namun belum menghasilkan resolusi gencatan senjata.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Djati Waluyo

        Bagikan Artikel: