Para Cendekiawan Indonesia Dirikan Think Tank 'Prasasti Center for Policy Studies', Dorong Kebijakan Publik Berbasis Data dan Kolaborasi
Kredit Foto: Istimewa
Sejumlah cendekiawan dan pemikir ternama Indonesia meluncurkan Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti), sebuah lembaga think tank independen yang bertujuan memperkuat kebijakan publik berbasis riset dan data.
Di antara tokoh yang terlibat dalam Board of Trustees dan Board of Experts Prasasti adalah Burhanuddin Abdullah, Hashim Djojohadikusumo, Jimly Asshiddiqie, Gandi Sulistiyanto, dan Ilya Avianti.
Kehadiran Prasasti diharapkan menjadi jembatan antara pemerintah, industri, dan masyarakat sipil, termasuk kelompok seperti petani dan nelayan, dalam merumuskan kebijakan yang tepat sasaran.
"Di tengah perubahan dunia yang begitu cepat, termasuk meningkatnya ketegangan geopolitik, bangsa yang unggul adalah bangsa yang tidak sekadar bereaksi, tetapi mampu menangkap dan merealisasikan peluang berdasarkan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan visi jangka panjang. Indonesia membutuhkan lebih banyak mitra dialog strategis yang dapat memberikan masukan dalam merumuskan kebijakan yang implementatif dan berdampak nyata bagi masa depan," ujar Burhanuddin Abdullah, anggota Board of Advisors Prasasti, dalam acara peluncuran di Jakarta.
Burhanuddin memaparkan bahwa Indonesia hanya memiliki sekitar 37 lembaga think tank, jauh di bawah Amerika Serikat (2.000+), India (600), Cina (1.400), bahkan Vietnam (180). Padahal, peran think tank sangat krusial dalam menyediakan analisis kebijakan yang mendalam dan solutif.
Baca Juga: Lewat Tiga Konsep Ini, BSI jadi Pelopor Keuangan Syariah di Indonesia
Nama Prasasti dipilih sebagai simbol bahwa kebijakan publik adalah penanda zaman, seperti prasasti sejarah yang merekam nilai, keputusan, dan arah peradaban.
"Melalui kajian yang terdokumentasi dan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti, kami berharap Prasasti dapat menjadi bagian dari jejak intelektual yang ikut membimbing arah kebijakan strategis Indonesia yang kuat dan bermanfaat bagi generasi mendatang," jelas Burhanuddin, yang pernah menjabat sebagai Gubernur IMF untuk Indonesia.
Acara peluncuran diawali dengan keynote speech dari Hashim Djojohadikusumo, anggota Board of Advisors Prasasti, yang menekankan pentingnya memanfaatkan potensi Indonesia secara optimal.
"Indonesia diberkahi sumber daya melimpah, baik itu mineral, kekayaan laut, kualitas manusia, maupun letak geografis yang strategis. Namun, memiliki sumber daya saja tidak cukup. Kita membutuhkan visi jangka panjang, kebijakan yang berpijak pada realitas, serta semangat kolaboratif untuk benar-benar mengoptimalkan potensi tersebut. Kehadiran lembaga think tank seperti Prasasti diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategis dan independen berbasis data untuk kebijakan publik yang tepat sasaran," ujar Hashim.
Nila Marita Indreswari, Executive Director Prasasti, menyatakan bahwa lembaga ini tidak hanya berfokus pada riset, tetapi juga aktif membangun ruang dialog kebijakan lintas sektor.
Baca Juga: Kementerian Ekraf Perlu Penyempurnaan Skema Pembiayaan untuk Industri Kreatif
"Kolaborasi antar sektor penting untuk membangun pemahaman bersama terhadap berbagai tantangan dan peluang yang kita hadapi. Dari sana, kita bisa menyusun rekomendasi yang lebih tajam, relevan, dan berpeluang diimplementasikan secara efektif," jelas Nila.
Prasasti telah mendapat dukungan dari berbagai mitra strategis, termasuk:
- Keystone Partner: Djarum Foundation dan PT Astra International Tbk
- Lead Partner: Kadin Indonesia, Panbil Group, PT TBS Energi Utama Tbk, dan PT Triputra Agro Persada Tbk
- Supporting Partner: Sinarmas Group dan NEM
- Participating Partner: PT Alamtri Resources Indonesia Tbk
Kolaborasi ini menunjukkan komitmen bersama dalam memperkuat ekosistem kebijakan nasional yang berbasis data dan inklusif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: