Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Investor Lagi Was-was: Data Buruh, Drama Inggris, dan Deal Trump-Vietnam!

        Investor Lagi Was-was: Data Buruh, Drama Inggris, dan Deal Trump-Vietnam! Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pasar keuangan global bergerak dalam mode waspada menjelang rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat, yang dipercepat menjadi Kamis (3/7) karena libur nasional. Meskipun indeks saham utama seperti S&P 500 dan Nasdaq 100 berhasil mencetak rekor tertinggi, ketidakpastian arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve masih membayangi sentimen investor.

        Dari laporan Bloomberg, katalis positif datang dari pengumuman kesepakatan dagang antara Presiden AS Donald Trump dan Vietnam. Perjanjian yang dirundingkan selama berminggu-minggu itu membuka harapan stabilnya rantai pasok, terutama di sektor garmen dan ritel global.

        Baca Juga: Bursa Eropa Menguat, Investor Saham Sambut Baik Update Tarif Trump

        Dalam detailnya, Amerika Serikat akan mengenakan tarif 20% atas ekspor Vietnam, dan 40% untuk produk yang terindikasi sebagai hasil transshipment. Sebagai imbalannya, Vietnam sepakat menghapus seluruh tarif atas produk asal AS.

        Saham Nike Inc. ikut reli karena ekspektasi meningkatnya stabilitas pasokan dari Asia Tenggara. Di sisi lain, saham Tesla Inc. juga melonjak 5%, menyusul laporan bahwa penjualan yang turun ternyata tidak seburuk ekspektasi negatif pasar.

        Gejolak di Inggris, Spekulasi Suku Bunga The Fed

        Sementara itu, gejolak terjadi di pasar obligasi Inggris setelah muncul spekulasi bahwa Menteri Keuangan Rachel Reeves akan mundur. Meskipun Perdana Menteri Keir Starmer membantah isu tersebut, kekhawatiran fiskal membuat imbal hasil obligasi tenor 10 tahun Inggris melonjak 16 basis poin—berlawanan arah dengan yield AS yang justru menurun.

        Dari sisi data ekonomi, laporan ADP menunjukkan bahwa sektor swasta di AS mencatat penurunan lapangan kerja untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Meski begitu, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa pasar tenaga kerja AS masih cukup solid, dan belum ada urgensi untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

        Baca Juga: IHSG Siang Ini Naik 0,30% ke Level 6.901, Saham Tambang Emas ANTM Paling Laris

        Namun, sebagian investor mulai berspekulasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebanyak dua kali tahun ini, dengan peluang langkah pertama diambil pada September 2025, tergantung pada hasil rilis data nonfarm payroll pekan ini.

        “Kita melihat tekanan terhadap utang negara akan meningkat, bukan hanya di Inggris, tetapi juga di AS jika legislasi ekonomi andalan Trump terus tertunda,” kata Zachary Griffiths, analis dari CreditSights.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: