Bitcoin Naik Tajam, Pasokan di Bursa Capai Titik Terendah Sejak 2015
Kredit Foto: Unsplash/Executium
Harga Bitcoin melonjak tajam dan menembus rekor tertinggi mingguan, dipicu arus masuk dana besar ke produk exchange-traded fund (ETF) spot serta ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat.
Pada Kamis (17/7/2025), Bitcoin sempat mencapai level US$123.218 atau sekitar Rp2 miliar, sebelum terkoreksi ke kisaran US$118.422 (Rp1,93 miliar). Lonjakan harga ini terjadi seiring peningkatan minat investor institusional terhadap aset kripto.
Berdasarkan data Farside Investors, dalam 10 hari terakhir dana sebesar US$7,8 miliar mengalir ke ETF spot Bitcoin di AS, menjadi arus masuk terbesar sejak produk tersebut disetujui pada Januari 2025. Dua produk utama, BlackRock iShares Bitcoin Trust (IBIT) dan Fidelity Wise Origin Bitcoin Fund (FBTC), mencetak rekor arus masuk harian masing-masing lebih dari US$1,3 miliar.
“Arus masuk institusional yang kuat ini menjadi fondasi penting untuk reli jangka panjang,” ujar Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, dalam keterangan tertulis, Jakarta, Kamis (17/7/2025).
Baca Juga: Aset Kripto Kena Aturan Pajak Baru, Ini Respons Industri
Dari sisi teknikal, data on-chain Glassnode mencatat hanya 1,25% dari total Bitcoin tersedia untuk dijual di bursa, level terendah sejak 2015. Penurunan pasokan di tengah lonjakan permintaan lewat ETF menciptakan tekanan beli yang signifikan dan mendorong harga.
“Likuiditas yang makin tipis di exchange, ditambah dengan tingginya permintaan dari ETF, menciptakan tekanan beli yang besar dan mendongkrak harga,” tambah Fyqieh.
Baca Juga: Investor Kripto Lagi Rotasi, Altcoin Cemerlang Saat Bitcoin Terkoreksi
Secara makro, moderasi inflasi memperkuat ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada kuartal III-2025. Berdasarkan CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan September mencapai 65%.
Jika regulasi kripto mendapat dukungan bipartisan dari Kongres AS dan arus dana ke ETF terus menguat, harga Bitcoin berpotensi menembus US$135.000–150.000 dalam beberapa bulan ke depan. Namun, risiko koreksi tetap ada apabila muncul ketidakpastian regulasi atau sinyal hawkish dari The Fed.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: