Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        INALUM Bakal Bangun Pabrik CTP di Kuala Tanjung, Akhiri Ketergantungan Impor dari China & India

        INALUM Bakal Bangun Pabrik CTP di Kuala Tanjung, Akhiri Ketergantungan Impor dari China & India Kredit Foto: PT INALUM
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) bersiap membangun fasilitas Coal Tar Pitch (CTP) di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, guna mengurangi ketergantungan terhadap pasokan impor dari China dan India. Langkah ini sekaligus menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk menekan emisi karbon dan memperkuat kemandirian industri aluminium nasional.

        Direktur Operasional INALUM, Ivan Ermisyam, menjelaskan bahwa CTP merupakan salah satu bahan baku utama dalam proses peleburan aluminium, yang selama ini seluruhnya masih diimpor.

        “Ke depan kita punya rencana membangun proyek CTP di dekat pabrik. Selama ini CTP kita impor dari China dan India. Dengan membangun sendiri, kita tidak hanya mandiri secara pasokan, tetapi juga bisa mengurangi emisi karbon,” ujarnya kepada Warta Ekonomi di Jakarta, dikutip Minggu (10/8/2025).

        Baca Juga: Capex Jumbo, Emisi Turun, Produksi INALUM Ngebut di 2025

        CTP diproduksi dari hasil sampingan produksi kokas dan digunakan dalam proses elektrolisis pada tungku reduksi pabrik aluminium. Produksi lokal CTP di Kuala Tanjung akan memberi efisiensi signifikan pada rantai pasok, menekan biaya logistik, serta mengurangi jejak karbon dari transportasi bahan baku lintas negara.

        Capex 2025: 83 Juta Dolar AS, Fokus ke Proyek Strategis

        INALUM mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/Capex) 2025 sekitar US$83 juta atau setara Rp1,3 triliun. Dari jumlah itu, US$39 juta dialokasikan untuk pengembangan empat anak perusahaan, yakni PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) yang mengelola Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Pontianak, PT Indonesia Aluminium Alloy (IAA) di Kuala Tanjung yang mengolah aluminium sekunder, PT Indonesia Battery Corporation (IBC) di sektor kendaraan listrik, serta PT Sinergi Mitra Lestari Indonesia (SMLI) yang menangani pengelolaan limbah dan logistik.

        Investasi di SGAR menjadi prioritas karena pabrik tersebut sedang dalam tahap commissioning dan mulai mengirimkan alumina ke INALUM. Tahun ini, SGAR telah mengirim dua kali, masing-masing 21 ribu ton dan 14 ribu ton.

        Baca Juga: INALUM Panaskan Mesin, Produksi Aluminium di Jalur Rekor Tertinggi

        44 Juta Dolar untuk Peremajaan dan Dekarbonisasi

        Sisa 44 juta dolar Capex digunakan untuk peremajaan peralatan pabrik, peningkatan produktivitas, dan program pengurangan emisi. Beberapa langkah yang ditempuh meliputi:

        • Penggantian sistem kontrol proses untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan emisi gas rumah kaca.
        • Perubahan sistem distribusi alumina dari open system menjadi closed system untuk mengurangi abu berterbangan.
        • Penggantian kendaraan operasional tua dengan armada yang lebih hemat bahan bakar.

        “Jadi memang di Capex yang di tahun ini itu sebagian yang 44 juta tadi kita gunakan untuk proses kita. Untuk meremajakan sekaligus untuk bisa memastikan emisi kita menjadi lebih rendah,” tutup Ivan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: