Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Irawan Sinaga: Anak Nelayan Jadi Pengusaha Kepiting Cangkang Lunak Berkat Bantuan Inalum

        Irawan Sinaga: Anak Nelayan Jadi Pengusaha Kepiting Cangkang Lunak Berkat Bantuan Inalum Kredit Foto: Ist
        Warta Ekonomi, Medan -

        Irawan Sinaga, seorang lelaki berusia 43 tahun, telah mengukir kisah kejayaan yang inspiratif. Berasal dari keluarga nelayan, Irawan kini sukses jadi pengusaha kepiting cangkang lunak. Kejayaannya yang diperolehnya ini, tidak terlepas dari bantuan PT Inalum, yang memberi dorongan penting dalam perkembangan usahanya.

        Irawan sendiri memulai usahanya setelah melihat potensi tinggi dalam pasaran kepiting cangkang lunak. Ketidakstabilan hasil tangkapan nelayan dimana mayoritas kepiting bercangkang keras, memberinya ide untuk memulai budidaya kepiting cangkang lunak sekitar tahun 2009-2010.

        Proses budidaya yang dilaksanakan oleh Irawan cukup unik. Dari penebaran bibit hingga panen, proses ini memakan waktu sekitar 45-50 hari. 

        Baca Juga: Desa Nelayan Bakal Punya Gudang Berpendingin, Program KNMP dan Kopdeskel Merah Putih Bisa Bantu Cegah Stunting

        "Kami melakukan panen setiap hari untuk memenuhi permintaan pasar," kata Irawan. 

        Bibit kepiting yang diperoleh dari hasil tangkapan nelayan, dipindahkan secara bertahap di antara kolam-kolam. Kolam yang telah kosong akan dibersihkan dan diisi kembali, menciptakan siklus produksi yang berkesinambungan.

        Produk kepiting cangkang lunak hasil budidaya Irawan juga telah mencapai berbagai pasar baik lokal maupun internasional. Selain melayani pengecer lokal, produknya juga dieksport ke Eropa melalui sebuah perusahaan di Medan. Pengiriman dilakukan dua kali seminggu, menunjukkan permintaan yang tinggi terhadap produknya.

        Sementara dari sisi modal, harga bibit kepiting adalah sekitar Rp 65.000 per kilogram, sedangkan harga jualnya mencapai Rp 140.000 hingga Rp 145.000 per kilogram. Selisih harga ini memberikan keuntungan yang menjanjikan. Irawan kini bahkan mampu memanen sekitar 20-25 kilogram kepiting setiap hari.

        Begitupun, Irawan masih menghadapi beberapa tantangan, terutama dari segi cuaca ekstrem. 

        "Hujan yang terlalu sering atau panas berlebihan dapat mengganggu kualitas air dan menyebabkan kematian kepiting," jelas Irawan. Sehingga untuk mengurangi kerugian, ia memasang kanopi sebagai langkah pencegahan.

        Selain itu, tingkat kematian kepiting menjadi perhatian utama karena sangat mempengaruhi keuntungan. 

        "Faktor-faktor ini di luar kendali kami, namun kami terus berusaha meminimalkan dampaknya," tambahnya.

        Dalam membantu pekerjaannya, Irawan merekrut 5-6 orang tenaga kerja lokal. Gaji yang diberikan berkisar antara Rp 150.000 hingga Rp 220.000 per hari, termasuk makan malam.

        Kisah Irawan Sinaga ini membuktikan bahwa dengan ketekunan dan inovasi, seorang pelaku UMKM dapat mencapai kesuksesan besar. 

        Adapun bantuan hibah dari Inalum, ia gunakan untuk material usaha senilai Rp 10-15 juta, juga menjadi dorongan penting dalam mengembangkan usahanya dan menghadapi tantangan yang mungkin timbul. Sinergi antara pelaku UMKM dan perusahaan besar ternyata mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.

        Sementara itu, Utrich Farzah, Head of Corporate Communications INALUM, menyatakan bahwa program CSR mereka dirancang strategis untuk memberikan dampak jangka panjang. 

        “INALUM menegaskan komitmen untuk menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan dan kemandirian ekonomi masyarakat,” ujarnya.

        Menurut Utrich, salah satu pilar utama program CSR INALUM adalah pengembangan UMKM. Program ini, kata dia, tidak hanya berhenti pada pemberian bantuan modal, tetapi juga dirancang untuk membantu UMKM "naik kelas," menjadi lebih mandiri, dan memiliki daya saing. Hingga kini, lebih dari 500 UMKM binaan telah merasakan manfaatnya, dengan peningkatan pendapatan rata-rata 20-30%.

        "Bahkan, sebagian UMKM sudah mampu menembus pasar nasional, yang turut menciptakan lapangan kerja baru di daerah," ujar Utrich.

        Hingga tahun 2025, INALUM telah menyalurkan ratusan program keberlanjutan yang mencakup berbagai aspek. 

        Program-program ini termasuk, penyediaan modal kerja melalui kerja sama dengan Bank BRI. Dukungan peralatan usaha untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kompetensi pelaku UMKM. Promosi produk melalui pameran nasional dan platform digital.

        Baca Juga: Sambangi Nelayan Cirebon, Menko Muhaimin Janjikan Perlindungan BPJS Ketenagakerjaan untuk Nelayan

        Program-program ini telah menjangkau ribuan masyarakat di 11 kabupaten/kota, khususnya di wilayah operasional perusahaan seperti Batu Bara dan Toba, menciptakan dampak nyata bagi ekosistem ekonomi lokal.

        Selain fokus pada ekonomi, INALUM juga memperkuat komitmen terhadap lingkungan. Perusahaan ini menjalin kerjasama dengan lembaga konservasi untuk melindungi hewan endemik Sumatera Utara, termasuk orangutan. Tujuannya adalah memastikan kelestarian hewan-hewan tersebut untuk generasi mendatang.

        "Dengan langkah-langkah ini, INALUM tidak hanya hadir sebagai pelaku industri, tetapi juga sebagai mitra masyarakat dalam membangun ekonomi lokal yang berdaya saing dan berkelanjutan," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Khairunnisak Lubis
        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: