Kredit Foto: Istimewa
Pengelolaan sampah tidak bisa hanya fokus pada peraturan, tetapi juga diperlukan komitmen, khususnya Pemerintah Daerah (Pemda) termasuk di Kabupaten Bandung.
Kepala Bidang Persampahan DLH Kabupaten Bandung, Oki Suyatno, mengungkapkan bahwa setidaknya ada lima aspek utama yang dihadapi Kabupaten Bandung dalam pengelolaan sampah yaitu aspek teknis, kelembagaan, pendanaan, partisipasi masyarakat, serta regulasi dan kebijakan yang belum berjalan secara sinergis.
Untuk itu, Oki mengajak lintas sektor dan utamanya masyarakat dalam hal ini anak muda untuk menyukseskan Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP). Program ini dinilai efektif dalam mengatasi persoalan sampah.
Baca Juga: Ekonomi Jabar Tumbuh 5,23%, Bandung Jadi Pusat Geliat Industri Tekstil Lewat IAPE 2025
Oki mengatakan, pendekatan ISWMP atau Peningkatan Peran Aktif Masyarakat (PPAM) ini menekankan pada sosialisasi, edukasi, dan pendampingan langsung ke masyarakat telah memberikan dampak positif.
“ISWMP (PPAM) hadir untuk mengubah perilaku masyarakat terkait sampah, dengan membawa konsep edukasi dan pendampingan langsung. Ini sangat membantu dalam membentuk pola pikir baru berbasis 3R yakni Reduce, Reuse, Recycle. Kita ingin menggeser budaya lama kumpul-angkut-buang menjadi pengelolaan yang lebih terencana dan berdampak,” ujar dia.
Perubahan ini tidak instan. Oki menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan pilot project pilah sampah dari sumber, terdapat tahapan transisi perilaku yang harus dilalui dari mencoba, melaksanakan, menjaga konsistensi, hingga mampu mengajak masyarakat lain ikut serta. Lebih dari sekadar perubahan gaya hidup, pendekatan ini juga membawa dampak nyata secara ekonomi dan operasional.
Baca Juga: Bandung Jadi Episentrum Uji Publik Program UMKM Nasional Kemenko Pemberdayaan Masyarakat
“Harapan kami, setelah sampah berhasil dipilah dari sumbernya, masyarakat akan merasakan manfaat langsung. Di sisi lain, kami sebagai pemerintah daerah juga dapat menekan biaya operasional dalam pengelolaan sampah,” tambah Oki.
Hingga Januari 2025, 37 Kepala Keluarga (KK) di Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Marga Asih, Kabupaten Bandung telah aktif memilah sampah secara rutin. Angka ini menjadi indikator awal perubahan perilaku mulai terbentuk.
“Warga yang sebelumnya pasif dan sepenuhnya bergantung pada jadwal pengangkutan dari luar, kini mulai mandiri mengelola sampahnya sendiri. Kesadaran akan nilai ekonomi dari sampah anorganik pun mulai tumbuh. Keberhasilan Desa Mekar Rahayu sebagai contoh praktik baik bagi wilayah lain di Bandung Raya,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Belinda Safitri