- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
SETC Resmi Dibentuk, Kawasan Asia Tenggara Perkuat Kolaborasi Energi Hijau
Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Institute for Essential Services Reform (IESR) Indonesia bersama sejumlah lembaga riset dan organisasi regional resmi meluncurkan Jaringan Kolaboratif Transisi Energi Asia Tenggara (Southeast Asia Energy Transition Collaborative/SETC).
Marlistya Citraningrum, Pejabat Sementara Kepala Sekretariat SETC sekaligus Manajer Program IESR, mengatakan Inisiatif ini bertujuan memperkuat kerja sama lintas negara dalam mempercepat transisi energi bersih, inklusif, dan berkelanjutan di kawasan.
Menurutnya, saat ini Asia Tenggara menghadapi tantangan besar dalam membangun sistem energi yang andal, terjangkau, dan berkelanjutan. Lebih dari 80 persen pasokan energi primer kawasan masih berasal dari bahan bakar fosil, dengan batubara menyumbang lebih dari separuh pembangkit listrik di Indonesia, Vietnam, dan Filipina (IEA, 2023).
Baca Juga: PLTU Terbesar Australia Ditunda Pensiun, IESR: Jadi Alarm bagi Transisi Energi Indonesia
Di sisi lain, kawasan ini memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, mulai dari tenaga surya lebih dari 20 TW (IRENA, 2022), potensi angin darat dan lepas pantai di Vietnam, Thailand, dan Filipina, hingga cadangan panas bumi terbesar di dunia di Indonesia dan Filipina (ACE, 2021).
“SETC tentang mengubah fragmentasi menjadi solidaritas. Dengan mengkonsolidasikan pengetahuan dan pengalaman lembaga-lembaga terkemuka di seluruh Asia Tenggara, kita dapat memperkuat hubungan regional, mempercepat dekarbonisasi, dan memastikan prioritas bersama kita terwakili di panggung global,” ujar Marlistya dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (1/10/2025).
SETC dibentuk pada Pertemuan Strategis pertama di Bali, Agustus 2024. Jaringan ini fokus pada penelitian kolaboratif, rekomendasi kebijakan, komunikasi terkoordinasi, serta strategi jangkauan regional. Mitra pendirinya mencakup lembaga riset energi dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Laos, dan Kamboja, termasuk IEPRe UNITEN, SERI UKM, SERIS NUS, LKY IES NUS, EnergyLab Asia, ICSC, dan SDG Move Thammasat University.
Baca Juga: ABB Soroti Akselerasi Transisi Energi di Indonesia, Teknologi Digital Jadi Kunci
Natharoun Ngo Son, Direktur Regional EnergyLab Asia, menekankan pentingnya kolaborasi lintas batas. “Kami sangat senang dapat bermitra dengan organisasi seperti IESR dan lainnya. Kami percaya bahwa pemahaman mendalam tentang konteks lokal, dikombinasikan dengan kemampuan untuk bekerja secara erat dengan pemimpin pemerintah dan membantu mereka mengatasi hambatan secara independen dan imparsial, sangat penting untuk mempercepat transisi,” ujarnya.
Sejak berdiri, SETC telah aktif menjalin interaksi dengan kepemimpinan ASEAN, termasuk Malaysia sebagai Ketua saat ini dan Filipina sebagai Ketua mendatang. Jaringan ini turut mempromosikan Southeast Asia Energy Transition Initiative (SEA-ETI) dan mendukung integrasi energi kawasan melalui Jaringan Listrik ASEAN (APG).
Dengan strategi bersama, sumber daya kolektif, dan komitmen politik yang terus diperkuat, SETC berambisi menempatkan Asia Tenggara sebagai salah satu pemain utama dalam transisi menuju energi bersih global.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Djati Waluyo