Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dorong Energi Surya 100 GW, ESDM Kaji PLTS untuk Kulkas Nelayan

        Dorong Energi Surya 100 GW, ESDM Kaji PLTS untuk Kulkas Nelayan Kredit Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menjajaki peluang pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mendukung aktivitas ekonomi nelayan, khususnya dalam penyediaan fasilitas penyimpanan ikan atau cold storage.

        Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) ESDM Eniya Listiani Dewi mengungkapkan, inisiatif ini menjadi bagian dari program besar pembangunan PLTS 100 gigawatt (GW) yang digagas Presiden Prabowo Subianto.

        Selain menopang ketahanan energi, program tersebut juga diarahkan untuk menciptakan permintaan baru di sektor usaha melalui proyek-proyek PLTS berskala desa dengan kapasitas sekitar 1–1,5 megawatt (MW).

        Baca Juga: Kementerian ESDM Pastikan Gas Buang PLTSa Aman, Sesuai Analisis AMDAL

        “Kita sedang berdiskusi saat ini bagaimana meng-combine RUPTL dengan target 100 GW dan menciptakan satu demand creation yang baru. Jadi, demand creation kita melihatnya, misal seperti pemakaian photovoltaic di cold storage,” jelas Eniya dalam forum Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2025 di Jakarta, Senin (6/10).

        Menurut Eniya, keberadaan cold storage sangat vital bagi kehidupan nelayan. Dengan fasilitas tersebut, hasil tangkapan dapat disimpan lebih lama dan tetap segar hingga dikirim ke pasar-pasar yang jauh.

        “Nelayan-nelayan kita sekarang ingin cold storage karena panennya banyak dan tetap ingin dijual ke tempat lain dan ini sering terkendala,” sambungnya.

        Baca Juga: PLTSa Jalan Ditempat 7 Tahun, KESDM Ungkap Biang Masalah dan Solusinya

        Lebih jauh, pemerintah juga tengah melihat potensi penggunaan PLTS yang dilengkapi sistem baterai untuk penerangan saat nelayan berlayar pada dini hari.

        Eniya menuturkan, di sejumlah wilayah pesisir, nelayan biasanya berangkat melaut sekitar pukul 02.00 dini hari. Sebagian dari mereka telah memanfaatkan daya dari panel surya sebagai sumber penerangan di tengah laut.

        “Sehingga katanya tidak boros solar, tidak boros diesel. Jadi, itu digunakan untuk penerangan dan ini sangat efektif sekali, sehingga program-program kecil seperti ini akan kita address ya dalam penggunaan 100 GW photovoltaic,” ujar Eniya.

        Satu Desa, Satu Megawatt

        Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa pemerintah tengah merancang program elektrifikasi desa berbasis PLTS sebagai bagian dari peta jalan transisi energi nasional.

        Rencana tersebut menargetkan setiap desa di Indonesia memiliki pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas minimal 1 MW. Proyek ini merupakan tindak lanjut arahan Presiden Prabowo untuk membangun PLTS berkapasitas total 80–100 GW secara bertahap.

        “Dalam berbagai arahan, sedang kami desain untuk membangun 80–100 GW solar panel dan ini kita lagi mendorong, kita ingin di setiap desa, satu desa itu 1 MW,” kata Bahlil dalam gelaran Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) 2025, Rabu (17/9).

        Baca Juga: PLTS Baseload Pertama di Filipina Resmi Beroperasi, Pertamina NRE Perkuat Portofolio Energi Terbarukan

        Melalui program ini, Bahlil berharap penggunaan energi fosil seperti diesel dan batu bara dapat benar-benar ditinggalkan, dan masyarakat beralih sepenuhnya ke energi baru terbarukan (EBT). Namun, ia menegaskan bahwa peralihan ini membutuhkan waktu serta kesiapan infrastruktur dan pembiayaan yang memadai.

        “Ini ada terjadi perdebatan. Kita ingin bersih, tapi di sisi lain kita membutuhkan modal yang tidak sedikit, teknologinya mahal,” tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: