Kredit Foto: Unsplash/Kanchanara
Tekanan jual dari investor jangka panjang membuat pemulihan harga Bitcoin berjalan lambat. Aksi ambil untung yang terjadi sejak awal Oktober memicu tekanan berkelanjutan dan menahan pergerakan aset kripto utama tersebut di kisaran US$110.000.
Analis James Check menilai pelemahan harga kripto saat ini bukan dipicu manipulasi pasar, melainkan aksi jual alami oleh pemegang lama yang merealisasikan keuntungan.
“Ini hanya karena penjual yang menjalankan aksi jual seperti biasa,” ujarnya dikutip dari Cryptonews, Senin (20/10/2025).
James pun menyebut gelombang aksi ambil untung tersebut menjadi sumber resistensi yang menghambat kenaikan harga Bitcoin.
Baca Juga: Prediksi Puncak Harga Bitcoin Menggunakan 5 Indikator
Data on-chain menunjukkan peningkatan usia rata-rata koin yang berpindah tangan, menandakan investor lama mulai mencairkan kepemilikannya. Berdasarkan data Glassnode, keuntungan terealisasi (realized profit) mencapai sekitar US$1,7 miliar per hari, sementara kerugian terealisasi sebesar US$430 juta. Pasokan Bitcoin dari dompet lama yang kembali aktif pun naik hingga US$2,9 miliar per hari, menunjukkan likuidasi dari aset yang telah lama disimpan.
Sementara itu, Investor kripto Will Clemente menilai pergeseran ini menandakan transisi kepemilikan dari investor awal (early adopters) ke institusi keuangan besar.
“Dinamika ini mungkin tidak terlalu relevan dalam beberapa tahun ke depan,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa akumulasi oleh lembaga keuangan tradisional bisa membantu menstabilkan struktur pasar jangka panjang.
Selaras dengan hal itu, CEO Galaxy Digital, Mike Novogratz dalam wawancaranya bersama Raoul Pal menyebut jika banyak pemegang lama akhirnya mengambil keuntungan setelah bertahun-tahun meraih imbal hasil besar.
“Banyak orang yang sudah lama di Bitcoin akhirnya berkata, ‘Saya ingin membeli sesuatu,’” ungkapnya. Ia mencontohkan beberapa temannya yang membeli kapal pesiar dan klub olahraga setelah mencairkan aset kripto mereka.
Baca Juga: Likuiditas Makin Ketat, Harga Bitcoin Anjlok ke US$108.000
Meski tekanan jual meningkat, Bitcoin masih bertahan di atas level support utama 108.700 dolar AS dalam penutupan mingguan, menurut data TradingView.
Analis pasar Rekt Capital menilai, stabilitas di atas level tersebut dapat membuka peluang kenaikan ke 120.000 dolar AS.
saat ini Bitcoin diperdagangkan di sekitar 110.000 dolar AS, menghadapi resistensi di atas level itu, di tengah pasar yang semakin terbelah antara investor yang mengambil untung dan yang menahan asetnya.
Karena kondisi tersebut, saat ini pasar kripto kini memasuki fase “ketakutan ekstrem” (Extreme Fear), dengan sentimen yang merosot tajam hanya dalam waktu seminggu.
Baca Juga: Ditekan Pengumuman Trump, Harga Bitcoin Perlahan Menguat ke US$112.000
Menurut Alternative.me, Indeks Fear & Greed turun dari 64 (Greed) menjadi 22, sedangkan versi CoinMarketCap turun dari 54 menjadi 28, menunjukkan peningkatan kehati-hatian ekstrem di kalangan trader.
Bitcoin berjuang mempertahankan harga $110.000 di tengah ketegangan perdagangan AS–China yang memanas kembali, sementara emas melonjak ke rekor tertinggi di atas $4.230 per ons, menandakan perpindahan modal ke aset aman (safe haven).
Data on-chain menambah sentimen bearish, dengan pemegang jangka panjang menjual 265.700 BTC dalam sebulan terakhir, hal ini jadi arus keluar (outflow) terbesar sejak Januari.
Trader Tony “The Bull” Severino memperkirakan bahwa 100 hari ke depan akan menjadi periode penentu, apakah Bitcoin akan memasuki reli parabola baru atau justru mengakhiri siklus bull saat ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: