Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter
Bank Sentral Eropa (ECB) menilai bahwa melemahnya permintaan domestik menjadi penyebab utama membanjirnya produk dari China ke Eropa. Hal ini juga diperburuk dengan harga murah yang merugikan produsen lokal.
ECB menyebut tekanan semakin besar bagi kawasan euro untuk merespons lonjakan impor dari China. Hal ini karena perang dagang memaksa negara tersebut mencari pasar baru bagi produk yang kini sulit dijual di Beijing.
Baca Juga: DBS: Sektor Teknologi Menjadi Pendorong Baru Ekonomi China
“Ketegangan perdagangan yang meningkat mungkin akan menyebabkan pengalihan ekspor lebih lanjut ke Eropa,” tulis ECB, dilansir Rabu (12/11).
“Namun, kenaikan ekspor terjadi lebih awal dari ketegangan terbaru dan justru bertepatan dengan melemahnya permintaan domestik di China," tambahnya.
ECB mengatakan tren ini berawal sejak 2021. Saat itu, perlambatan sektor properti menekan permintaan dalam negeri dan investasi perumahan, salah satu sektor yang sangat bergantung pada impor di China.
Sementara itu, investasi manufaktur yang dipimpin negara untuk menjaga pertumbuhan justru menciptakan kelebihan kapasitas, memicu perang harga, dan mendorong perusahaan untuk mengalihkan penjualan ke pasar luar negeri.
“Untuk memperluas pasar ekspor, perusahaan harus meningkatkan daya saing,” tulis ECB.
“Biasanya hal itu dilakukan dengan memangkas biaya dan harga jangka pendek, menerima margin keuntungan yang lebih sempit, bahkan dalam beberapa kasus menanggung kerugian," tambahnya.
Baca Juga: China Tawarkan Sektor Jasa Buat Investor Asing, Termasuk AS!
ECB menambahkan, sejumlah faktor seperti lemahnya konsumsi domestik, kebijakan perdagangan, dan fokus strategis pada produksi dalam negeri terus menekan permintaan impor dan menunjukkan adanya pergeseran struktural jangka panjang dalam perilaku perdagangan di China.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: