Bitcoin Naik Tipis Setelah Shutdown AS Berakhir, Analis: Hanya Kenaikan Semu
Kredit Foto: Istimewa
Bitcoin (BTC) sempat menguat ke kisaran US$102.400 setelah berakhirnya shutdown pemerintah Amerika Serikat selama 43 hari. Namun, analis Tokocrypto Fyqieh Fachrur menilai penguatan tersebut hanya bersifat teknikal dan belum menunjukkan awal tren bull market baru.
“Rebound Bitcoin kali ini lebih bersifat dead cat bounce, kenaikan sesaat setelah tekanan jual besar. Fundamental Bitcoin belum cukup kuat untuk menembus resistensi di atas US$106.000 atau sekitar Rp1,77 miliar,” kata Fyqieh dikutip dari keterangan resmi, Kamis (13/11/2025).
Menurutnya, perbaikan sentimen global akibat dibukanya kembali lembaga pemerintah AS seperti SEC dan CFTC belum menjadi katalis kuat bagi pasar kripto.
“Investor masih menunggu kejelasan dari SEC soal ETF spot Bitcoin dan arah kebijakan fiskal AS. Dengan DXY yang terus menguat, pelaku pasar memilih menahan posisi aset berisiko seperti bitcoin,” ujar Fyqieh.
Baca Juga: Hanya 3% Warga Melek Kripto, Tokocrypto Dorong Edukasi Nasional
Data menunjukkan inflow ke ETF Bitcoin senilai US$524 juta belum mampu mendorong harga secara signifikan. Penguatan dolar AS membuat minat terhadap aset berisiko, termasuk kripto, masih terbatas.
Fyqieh menambahkan, selama Bitcoin gagal menembus level US$106.000–US$108.000 dengan volume kuat, pergerakan jangka pendeknya cenderung sideways ke bearish.
Baca Juga: Pemerintah Raup Rp1,71 Triliun dari Pajak Transaksi Kripto
“Area support kuat saat ini berada di kisaran US$98.000, sementara potensi kenaikan baru terbuka jika BTC menutup harian di atas US$110.000,” katanya.
Ia menegaskan, euforia berakhirnya shutdown belum cukup untuk menghidupkan kembali sentimen bullish di pasar kripto tanpa dukungan faktor fundamental yang kuat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: