Peritel Inggris Berjuang di Tengah Peningkatan Bisnis Online
WE Online, Jakarta - Seiring dengan peningkatan tren bisnis online, peritel Inggris mencari strategi baru guna meningkatkan penjualan di superstore mereka dengan daya tarik baru seperti menambah merek fashion.
Perubahan strategi tersebut ditujukan untuk menghasilkan keuntungan dan menghindari diri dari penutupan toko. Tesco, salah satu peritel Inggris mulai bereksperimen dengan menyediakan gym dan area bermain anak-anak demi menghibur pelanggan. Dalam empat bulan sejak strategi tersebut dijalankan, jumlah pembeli di toko Woolwich tersebut telah meningkat.
Dikutip dari laman Channel NewsAsia di Jakarta, Sabtu (12/3/2016), seorang juru bicara Tesco mengatakan perubahan di Woolwich adalah strategi ilustratif yang dibuat oleh CEO Tesco David Lewis agar pembeli mempunyai lebih banyak pilihan sehingga mereka mulai melihat pusat perbelanjaan tersebut sebagai tempat paling nyaman untuk berbelanja.
Ribuan toko-toko kecil telah menghilang dari kota-kota di Inggris dalam beberapa tahun terakhir karena tidak mampu bersaing dengan produk online yang lebih murah. Bahkan, peritel besar seperti Tesco dan Marks & Spencer dapat berpeluang melakukan eksodus meninggalkan kota London.
"Inggris sangat maju dalam hal belanja online," kata Neil Saunders, direktur dari perusahaan riset ritel Conlumino.
Di Inggris persentase penjualan online naik menjadi 15,2 persen pada tahun 2015 dari 13,5 persen pada tahun 2014, dibandingkan dengan 11,6 persen di Jerman, delapan persen di Perancis, dan 2,5 persen di Italia.
Tesco telah menutup 61 tokonya sejak Lewis menjadi CEO pada tahun 2014, sedangkan Morrisons, toko kelontong nomor empat di Inggris telah menutup 21 supermarket dan berencana untuk menutup tujuh toko lainnya. Jika peritel tidak dapat membuat tokonya menjadi profitable maka alternatifnya adalah dengan melakukan penutupan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: