Apple melaporkan penjualan iPhone turun 15 persen selama dua kuartal berturut-turut. Namun, penurunan tersebut tidak seburuk yang diprediksi oleh analis. Hingga akhir Juni 2016, raksasa teknologi AS tersebut menjual 40,4 juta unit iPhone, berada sedikit di atas ekspektasi analis yang memprediksikan 40,2 juta unit.
Mengutip BBC di Jakarta, Jumat (29/7/2016), CEO Apple Tim Cook menyatakan kinerja penjualan tersebut merefleksikan permintaan konsumen yang kian menguat dari yang telah diantisipasi. Perusahaan juga memprediksi penjualan iPhone masih akan turun pada hingga kuartal berikutnya, dengan nilai mencapai US$ 45,5 miliar hingga US$ 47,5 miliar.
Permintaan untuk produk unggulan Apple tersebut telah melambat sejak kuartal kedua ketika perusahaan melaporkan penurunan pertama dalam penjualan iPhone sejak diluncurkan tahun 2007. Lesunya penjualan iPhone menyebabkan laba iPhone turun 27 persen menjadi US$ 7,8 miliar per Juni 2016. Sementara itu, pendapatan Apple juga turun 14,6 persen menjadi US$ 42,4 miliar.
Penjualan Apple di China, Hong Kong, dan Taiwan anjlok 33 persen. Perusahaan mengklaim bahwa ketidakpastian ekonomi dan kecenderungan orang tidak mengganti ponsel mereka menjadi penyebab jatuhnya penjualan di tiga kawasan tersebut. China menyumbang hampir seperempat penjualan Apple, lebih tinggi dibandingkan Eropa jika digabungkan seluruhnya.
"Jelas ada tanda-tanda perlambatan ekonomi di China yang berimbas pada penjualan Apple di sana. Kami sangat memahami China dan akan terus sangat optimistis dengan masa depan yang ada di sana," kata Direktur Keuangan Apple Luca Meaestri.
Selain itu, dolar yang kuat juga berimbas terhadap penjualan iPhone. Kendati demikian, saham yang telah jatuh hampir 20 persen sepanjang tahun lalu, naik lebih dari 7 persen dalam perdagangan after-hours karena kinerja keseluruhan perusahaan tersebut tidak seburuk yang diperkirakan analis.
Meaestri juga mengungkapkan bahwa layanan bisnis yang meliputi App Store, Apple Pay, iCloud dan layanan lainnya, merupakan titik terang bagi perusahaan. Divisi tersebut menyumbang hampir US$ 6 miliar dalam pendapatan, naik 18,9 persen dari periode yang sama tahun lalu, dan saat ini menjadi penjualan terbesar kedua setelah iPhone.
Pergeseran ini merupakan kabar baik bagi perusahaan tersebut karena hal itu memungkinkan untuk memperoleh lebih banyak pemasukkan dari para penggunanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement