Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kala Pernikahan Beda Agama Picu Pertumbuhan Ekonomi

Oleh: ,

Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekitar 3.000 warga Timur Tengah setiap tahun bertandang ke Siprus untuk melangsukan pernikahan beda agama. Fenomena itu menjadikan negara tersebut sebagai ruang bagi para sepasang kekasih untuk menyakralkan hubungan percintaan mereka. Prosedur administratif yang mudah dipenuhi, jadi alasan kenapa orang berbondong-bondong datang ke negara pulau itu.

Rachelle dan Abdul Kader, pasangan muda asal Lebanon, berjalan menuju altar diiringi lagu cinta nan mendayu-dayu di antara serentetan kursi kosong di aula pernikahan sipil Larnaca. Mereka harus terbang ke negara asing untuk mengikat janji suci mereka dengan hanya mengenakan kaos serta jeans robek. Pasangan yang tidak berpakaian selayaknya pengantin itu bertukar sumpah dalam bahasa Inggris, diikuti dengan seorang saksi pernikahan yang mengatakan "Mabruk!, Congratulation!".

Kisah cinta mereka adalah sesuatu yang umum di Lebanon di mana negara tersebut memiliki 18 sekte keagamaan yang diakui secara resmi. Rachelle adalah penganut Kristen Maronit sementara Abdul Kader adalah seorang Muslim Sunni. Mereka tidak ingin berpindah agama dan aturan pernikahan Lebanon tidak mengizinkan hal itu, namun atas nama cinta meraka tetap merencanakan pesta besar setibanya di Beirut nanti.

Angka 3.000 merupakan jumlah yang luar biasa dari pasangan asing yang mengunjungi Siprus untuk melangsungkan pernikahan mereka. Kebanyakan dari mereka adalah warga negara Lebanon dan Israel. Mereka menemukan sebuah upacara sipil di Siprus Yunani yang cepat, murah, dan yang terpenting diakui secara hukum di negara asalnya.

"Ada banyak orang di sekitar kita yang tidak mengizinkan terjadinya pernikahan sipil beda agama dan kami adalah negara pertama di Eropa yang memperbolehkan hal tersebut. Kami percaya bahwa cinta tidak mengenal hambatan," kata petugas pernikahan sipil Larnaca, Michaelakis Malla, sebagaimana dikutip dari laman BBC di Jakarta, Minggu (11/9/2016).

"Upacara pernikahan hanya berlangsung selama 10 hingga 15 menit, tapi kami memberikan mereka yang terbaik," tambahnya.

Di Timur Tengah telah banyak upaya untuk melegalkan pernikahan sipil beda agama, namun para pemimpin agama menggunakan pengaruh politik untuk mencegahnya.

Sepanjang pantai Siprus yang terletak di kota Phatos, dipercaya orang-orang sebagai tempat kelahiran dewi cinta Aphrodite. Kini, di lokasi tersebut menjadi tempat pernikahan yang sangat populer. Legenda Aphrodite menjadikan negara itu sebagai The Island of Love dan merupakan salah satu sumber ekonomi negara.

Industri pernikahan asing menyumbang US$135 juta (£ 100m) selama setahun untuk perekonomian Siprus. Industri ini juga memberikan pekerjaan bagi wedding planer, toko bunga, penata rambut, fotografer, dan perhotelan di sekitarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: