Pengusaha yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara (Sumut) mendukung pengurangan ekspor karet dilanjutkan.
Sekretaris Gapkindo Sumut Edy Irwansyah saat ditemui di Kantor Gapkindo Sumut di Komplek Tomang Elok Jalan Gatot Subroto, Medan, mengatakan jika pengurangan ekspor karet tidak dilakukan pembatasan maka harga akan semakin jatuh lagi.
"Dengan jatuhnya harga, petani semakin banyak berkurang berproduksi. Berkurangnya produksi tersebut, pabrik akan semakin kesulitan mendapatkan bahan baku yang berakibat biaya operasional semakin tinggi," katanya di Medan, Senin (19/9/2016).
Ia mengatakan bahwa jika diperhatikan untuk di Indonesia 85 persen karet rakyat maka dengan demikian adanya permasalahan karet rakyat tersebut mengganggu industri karet Indonesia.
"Nah, berapa sih wajarnya harga karet di tingkat petani? Yaitu, sekitar dua dolar AS. Jadi, sepanjang harga belum mencapai dua dolar AS maka harga tersebut belum menggairahkan bagi petani. Terbukti, saat ini sudah berkurang 7.000 per bulan di kali 12 per tahun untuk di Sumut lebih yang bertahap karena kondisi geografi yang tidak bisa dihindarkan," ujarnya.
Ia menjelaskan, pada prinsipnya adalah tentang kebutuhan sehari-hari dari petani karet karena kalau mereka tidak berpenghasilan Rp50 ribu sehari, misalnya upah minimum provinsi (UMP) Rp1,6 juta bagi 30 maka Rp50 ribuan per hari.
"Dan kalau mereka tidak mendapatkan rata-rata Rp50 ribu sehari maka mereka tidak layak lagi karena kebutuhan dasar tidak terpenuhi. Akhirnya, para petani meninggalkan pohon karet dan berkuranglah produksi karet," katanya.
Sejak berdirinya International Tripartite Rubber Council (ITRC) pada 2001 di Bali yang diikuti tiga negara, yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia hingga kini telah empat kali menjalankan AETS (Agreed Export Tonnage Scheme) atau skema pengurangan ekspor.
"AETS yang keempat diumumkan pada 28 Januari 2016 dan dijalankan pada 1 Maret hingga 31 Agustus 2016. Pada saat diumumkan posisi harga karet di bursa Gapkindo kembali ditugaskan pemerintah untuk menjalankan," ujarnya.
Ia menyampaikan tujuan dilanjutkannya pengurangan ekspor utamanya agar pasokan dan permintaan global lebih seimbang. Di samping itu, diharapkan harga tidak jatuh ke posisi yang lebih rendah pada saat AETS keempat diumumkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement