Kondisi makro ekonomi Indonesia secara umum mengalami perbaikan. Selain kondisi current Account Deficit (CAD) yang diprediksi berada di level 2,1% terhadap PDB pada akhir tahun, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diprediksi berada di kisaran 5,1 pada 2016. Tren inflasi juga mengalami penurunan, di mana inflasi pada November 2016 sebesar 0,47% dan inflasi IHK secara kumulatif (Januari - November) mencapai 2,59%.
Ekonom Sampoerna University Wahyoe Soedarmono mengatakan, kinerja makro ekonomi yang positif ini menunjukkan efektivitas program ekonomi berbagai pihak.
"Pemerintah dengan berbagai paket kebijakan selama 2016 untuk mendorong iklim usaha, ekspor, dan produktivitas sektor riil serta peran Bank Indonesia (BI) dalam stabilisasi nilai tukar dan inflasi telah menunjukkan ekfektivitasnya," ujar Wahyoe dalam acara The Indonesia Economic and Financial Sector Outlook (IEFSO) 2017 di Jakarta, Senin (5/12/2016).
Kendati demikian, menurut dia, masih mendominasinya konsumsi domestik terhadap ekonomi Indonesia dalam jangka panjang perlu diubah, yakni dengan mendorong peningkatan porsi investasi domestik terhadap PDB.
"Ekonomi Indonesia masih didominasi konsumsi domestik yang berkontribusi sekitar 56% dan investasi saat ini masih di kisaran 32% terhadap PDB," papar dia.
Lebih lanjut, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7% di tahun 2019, Wahyoe mencatat ada tiga langkah yang harus dilakukan. Pertama, meningkatkan produktivitas. Jika rasio investasi terhadap PDB 32% dan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5%, maka untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7% diperlukan investasi sebesar 44% terhadap PDB sampai 2019.
"Tapi, rasio tabungan nasional hanya 33% terhadap PDB, di mana angka ini tidak dapat mencukupi kebutuhan investasi (44%) untuk menumbuhkan PDB sebesar 7%, ungkap Wahyoe.
Oleh sebab itu, langkah kedua ialah dengan meningkatkan proporsi tabungan nasional terhadap PDB. Dengan begitu maka kebutuhan investasi sebesar 44% dapat tercapai.
"Setidaknya ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, program tax amnesty. Kedua, program-program inklusi keuangan untuk memperluas akses keuangan bagi masyarakat Indonesia," cetus Wahyoe.
Kemudian, langkah ketiga untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7% ialah dengan meningkatkan ruang ekspansi fiskal melalui peningkatan belanja pemerintah.
"Namun, pemerintah perlu selektif memilih sektor-sektor strategis untuk perekonomian yang berkelanjutan. Sektor yang perlu mendapatkan prioritas belanja pemerintah misalnya sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur," jelas Wahyoe.
Selain itu, usaha-usaha untuk meningkatkan iklim bisnis yang kondusif melalui deregulasi dan penguatan kualitas birokrasi serta aspek tata kelola institusional masih dirasa perlu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rahmat Patutie
Tag Terkait:
Advertisement