Sirup Noerlen, Dari Usaha Rumahan Hingga Jadi Oleh-oleh Khas Medan
Usaha rumahan yang awalnya dirintis oleh Hj Noerlen, ibunda Mimi ini sudah ada sejak tahun 1985. Pada waktu itu kondisi keluarga dengan ayah yang sudah pensiun memunculkan ide untuk membuat usaha rumahan. Awalnya, usaha tersebut sekedar iseng karena sang ibu?memang gemar memasak dan mengolah makanan, termasuk buah markisa. Hal ini terus berlangsung dan lama-kelamaan permintaan semakin banyak dan meluas.
Berangkat dari keisengan ini, Ibu Hj Noerlen melayani keinginan dan permintaan tetangga serta kerabat mengenai aneka makanan dan minuman dalam bermacam jenis. Mulanya, ibunda Mimi hanya menawarkan sirupnya kepada jiran tetangga dan para saudara ketika ada acara arisan keluarga dan mendapat respons yang baik.
Dengan nama awal Markisa Asli Famili, sirup ini pun dikenal dari mulut ke mulut. Sang pendiri Sirup Noerlen ini sudah wafat sejak Juni 2012 lalu, namun Mimi sudah diberikan tanggung jawab mengelola usaha sejak 2007 hingga sekarang. Menurut Mimi, sang ibunda, mencoba membuat ramuan tersendiri dari buah markisa yang dijadikan untuk konsumsi keluarga.
"Beliau belajar otodidak dari buku-buku resep zaman dulu berbahasa Inggris, dan beliaulah yang menemukan resep tersebut. Benar-benar resep rumahan," katanya kepada Warta Ekonomi ?di Medan, Sabtu (28/1/2017).
Awalnya,?usaha ini berjalan tidak begitu berkembang dengan baik karena hanya dibuat mengisi waktu luang. Ketika Mimi memutuskan fokus mengelola usaha ini pada 2007, ia mulai memikirkan bagaimana mengelola usaha ini dengan baik. Mimi langsung fokus membangun usaha ini agar lebih dikenal.
"Investasi pertama saya adalah promosi. Sempat diprotes sang ibu karena terlalu banyak mengeluarkan uang untuk promosi, belanja yang tak berwujud. Saya tetap optimis dan menjelaskan kepada ibu," ujarnya.
Aksi promosi dikerjakan sejak 2008 hingga 2010. Tidak sia-sia, nama Markisa Noerlen dikenal hingga keluar Kota Medan. Alhasil, produksi yang awalnya hanya 15 kg perminggu melonjak menjadi 50-an kg. Bahkan untuk hari jelang puasa dan lebaran, Mimi bisa memproduksi 100 Kg perhari, bahkan tahun 2009/2010, pihaknya mencapai satu ton per bulan. Tahun 2007, biaya terbesar di promo.
Markisa Noerlen pun ikut pameran kemana-mana. Pameran yang diadakan oleh dinas-dinas seperti pertanian, perindustrian, dan koperasi, kalau ada pameran di daerah mana saja selalu Markisa Noerlen ikut serta. Soal nama, Mimi tetap pakai nama Markisa Noerlen saat mendaftarkan usaha ini. Ia mengatakan nama ini berkah dan memiliki banyak arti baginya.
"Noerlen adalah nama sang ibu yang merintis sejak awal juga kian dikenal sebagai brand yang melekat hingga sekarang. Karena pameran-pameran ini, hingga sekarang sirup kita dikenal dan banyak permintaan dari luar. Bahkan, sudah hampir ke seluruh Indonesia, juga sampai kemancanegara, Malaysia, dan Singapura. Selain itu, kita juga sempat masuk pasar modern di Carrefour dengan outlet khusus. Di beberapa daerah seperti Jakarta dan Batam, saya selalu mendapatkan kenangan yang baik karena setiap kali pameran, produk kita habis terjual," ujarnya.
Meskipun harga yang diberikannya mahal, dia tidak menganggap itu sebagai sebuah masalah. Baginya, itu merupakan konsekuensi dari kualitas yang dipertahankannya. Meski sempat mengalami kesulitan memasarkan produknya, Mimi meyakini segmentasi pasarnya tetap ada.
"Ada harga ada kualitas, maka tak sedikit yang mau dan bersedia kok membayar mahal untuk menikmati produk dengan kualitas yang baik," katanya.
Untuk satu liter sirup Markisa Noerlen, netto 1 liter Rp120 ribu dan yang 600 ml Rp85 ribu, sedangkan isi 330 ml Rp50 ribu dan puding Rp8 ribu. Produk lain yang kini juga diproduksi Mimi selain sirup markisa juga ada sirup terong belanda, minuman langsung saji dengan beragam rasa seperti markisa, markisa sirsak, markisa terong belanda. Juga ada puding markisa yang dijual dengan harga Rp4ribu per satuannya.
Di pertengahan tahun 2016, Mimi membuka wisata home industry?Markisa Noerlen dan wisata ini dibuka untuk umum, Mimi sangat beruntung sebab beberapa travel dan guide juga dinas Pariwisata Medan dan Sumut sangat mendukung program ini.
"Kita sengaja buat program ini untuk bisa dijadikan wisata edukasi ataupun studi banding pada BUMN, perusahaan swasta, maupun mahasiswa yang ingin mengetahui lebih dalam sirup kita yang membuat saya semakin semangat dengan berterimakasih nya saya kepada beberapa travel, guide, dan dinas pariwisata telah mendukung usaha saya," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement