Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan Wiwiek Sisto Widayat menyatakan laju inflasi Sulsel pada Februari 2017 diprediksi terkendali. Bahkan, inflasi Sulsel diprediksi menurun di kisaran 0,1 persen hingga 0,5 persen. Angka itu di bawah capaian pada Januari lalu sebesar 1,12 persen.
"Kami perkirakan inflasi secara bulanan bisa menurun pada Februari ini. Tentunya terdapat beberapa faktor pendorong dan yang menekan inflasi di Sulsel," kata Wiwiek saat dikonfirmasi Warta Ekonomi di Makassar, Rabu (8/2/2017).
Beberapa faktor pendukung terkendalinya inflasi Sulsel yakni stok beras Bulog dalam jumlah sangat memadai. Lalu, perkiraan masuknya masa panen beberapa komoditas penyumbang inflasi pada Februari-Maret mendatang.
"Jadi, pasokan beberapa komoditas diperkirakan meningkat pada Februari yang mendorong stabilnya harga kelompok volatile food," jelasnya.
Lebih jauh, Wiwiek menerangkan inflasi Sulsel tetap akan didorong oleh setidaknya dua faktor. Pertama, dampak penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan rumah tangga dengan daya 900 VA di mana tarifnya disesuaikan bertahap mulai Januari hingga Mei mendatang.
"Tarif listrik meningkat sekitar 32,08 persen sehingga mendorong inflasi listrik sebesar 4,09 persen," ungkapnya.
Faktor kedua yakni curah hujan pada Februari 2017, menurut Wiwiek, berada pada tingkat menengah sampai tinggi (150-400 mm). Kondisi tersebut menahan aktivitas penangkapan ikan yang berdampaknya pada menurunnya pasokan ikan. Meski begitu, secara keseluruhan tahun ini BMKG memprediksi tidak ada penguatan El Nino maupun La Nina sehingga pola tanam dan panen bisa kembali normal.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Nursam Salam mengatakan inflasi Sulsel pada Januari sebesar 1,12 persen dipicu kenaikan harga pada semua kelompok pengeluaran. Dari lima kota indeks harga konsumen (IHK) semuanya mengalami inflasi.
"Inflasi tertinggi terjadi di Watampone sebesar 1,52 persen dengan IHK 122,10 dan inflasi terendah terjadi di Palopo sebesar 0,82 persen dengan IHK sebesar 124,79," ucapnya.
Nursam mengatakan laju inflasi bisa dilihat dari kenaikan indeks harga kelompok bahan makanan sebesar 1,56 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,24 persen; serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,67 persen.
Kenaikan indeks harga juga terjadi pada kelompok sandang sebesar 0,40 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,15 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,02 persen; serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 2,84 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement