International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) bekerja sama dengan Oxfam menerbitkan laporan tentang ketimpangan di Indonesia yang diberi judul Menuju Indonesia yang Lebih Setara.
Dalam laporan ini, Infid dan Oxfam mengungkapkan bahwa pada tahun 2019 diperkirakan ada tambahan 13 juta penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan ekstrem.
Direktur INFID Sugeng Bahagijo mengatakan meski pertumbuhan ekonomi Indonesia tinggi, namun tidak dinikmati oleh kaum miskin dan kelompok yang paling rentan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi sejak tahun 2000 telah berhasil mengangkat jutaan orang keluar dari kemiskinan dengan jumlah penduduk miskin dari 40% pada tahun 2000 turun menjadi 8% pada tahun 2014.
Walau demikian data Bank Dunia menunjukkan lebih dari 20 juta penduduk masih hidup dalam kemiskinan ekstrem dengan pendapatan di bawah US$1,90 hari. Jika angka kemiskinan dinaikkan menjadi US$3,10 per hari tingkat penduduk miskin meningkat menjadi 93 juta atau 36% dari total penduduk.
"Karena itu banyak penduduk Indonesia yang hidup di atas garis kemiskinan namun rentan untuk kembali miskin," kata Sugeng saat Peluncuran Laporan Ketimpangan di Jakarta, Kamis (23/2/2017).
Dalam laporan ini, lanjut dia, diketahui bahwa 10% orang-orang terkaya di Indonesia secara konsisten mengonsumsi lebih dari seperempat total konsumsi, sementara 10% termiskin secara konsisten hanya mengonsumsi 4% dari total konsumsi. Hal ini berlaku baik di perkotaan maupun di pedesaan.
"Peningkatan jumlah jutawan dan miliarder di negeri ini, ketika dikontraskan dengan situasi kemiskinan yang sangat mengkhawatirkan membuktikan bahwa kelompok kayalah yang meraup manfaat dari kinerja ekonomi Indonesia sementara jutaan kalangan bawah dibiarkan tertinggal di belakang," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement