Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit Januari 2017 tercatat sebesar 8,3% (year on year/ yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 7,9% (yoy).
Asisten Gubernur Kepala Departemen Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan masih terbatasnya pertumbuhan kredit karena terus berlanjutnya konsolidasi yang dilakukan korporasi dan perbankan, serta masih terbatasnya permintaan kredit.
Menurutnya, konsolidasi tersebut menyebabkan perbankan enggan mengucurkan kreditnya. Dampak kedua, penurunan suku bunga kredit terhambat menurun karena masih menanggung biaya rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/ NPL) dan provisi.
"Harapan kita konsolidasi baik di korporasi dan perbankan dapat dipercepat," ujar dia saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Kamis (16/3/2017).
Kendati demikian, lanjut Dody, pihaknya belum bisa mengetahui kapan masa konsolidasi perbankan ini akan berakhir.
"Saya tidak punya data kuat kapan itu akan selesai, tapi kami dari transmisi moneter itu menyebabkan lambatnya lending rate turun. Harapan kita bersama otoritas terkait dapat melihat bagaimana melihat masalah dalam lambatnya lending rate ini," jelas Dody.
BI mencatat pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial telah dapat menurunkan suku bunga deposito sebesar 128 bps (yoy) dan suku bunga kredit sebesar 80 bps (yoy). Respons penurunan suku bunga kredit ini terbilang lambat, pasalnya BI telah menurunkan suku bunganya sebanyak 150 basis poin.
Berdasarkan jenis kreditnya, suku bunga kredit modal kerja mengalami penurunan terbesar (112 bps, yoy), disusul suku bunga kredit investasi (95 bps, yoy) dan suku bunga kredit konsumsi (30 bps, yoy).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement