Bank Indonesia (BI) memandang kenaikan harga sejumlah bahan pokok dan pangan menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri merupakan hal klasik yang terjadi setiap tahun, karena naiknya permintaan.
Pemicu kenaikan harga pangan ini diyakini akan menyumbang inflasi yang cukup besar dari segmen harga pangan bergejolak (volatile food). "Secara umum masih dari beberapa komoditas terkait daging, telur ayam, dan tanaman holtikultura. Itu klasik dan itu juga bisa dikatakan di seluruh Indonesia tantangannya seperti itu. Selama betahun-tahun terjadi kondisi seperti itu," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Rabu (24/5/2017).
Kendati merupakan hal yang biasa, BI bersama pemerintah tidak akan berdiam diri. Agus menuturkan, pihaknya bersama pemerintah akan terus melakukan koordinasi untuk memastikan pasokan pangan cukup dan distribusinya lancar. "Besok juga akan kembali lakukan rapat dengan pemerintah, Menko perekonomian dan yang terlibat langsung dengan inflasi untuk yakinkan bahwa di bulan puasa ini semua aman," jelas Agus.
BI meyakini, melalui koordinasi yang baik dengan pemerintah, inflasi minggu ketiga Mei yang bertempatan dengan jatuhnya awal Ramadhan dapat tetap terkendali.
"Inflasi antara 0,3-0,4 persen (mtm) itu di pekan ketiga Mei. Kelihatannya ini masih sama seperti target dan kami hargai upaya stabilisasi harga oleh Pemerintah. Akan diikuti hampir di seluruh pemda dan satgas stabilisasi harga pangan cukup efektif jalankan pengendalian. BI masih yakini ini akan ada di range yang tidak terlalu mengkhawatirkan," tutup Agus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Tag Terkait:
Advertisement