Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Danni Suhadi mengatakan permintaan sapi ke daerah itu mencapai hingga 7.000 ekor dalam menyambut bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah.
"Bisanya permintaan satu bulan sebelumnya dan memang tinggi, mulai pertengahan Mei sampai pekan kedua Juni 2017 ini mencapai lebih dari 7.000 ekor," katanya di Kupang, Sabtu (24/6/2017).
Ia mengatakan permintaan sapi itu sebagian besar datang dari Jakarta dan sedikit dari Kalimantan. "Sementara permintaan dari Sulawesi lebih pada ternak lain seperti kuda dan kerbau," katanya.
Menurutnya, jumlah permintaan sapi dari NTT cenderung meningkat setiap tahun menjelang hari raya keagamaan seperti Idul Fitri, terutama dari daerah yang mayoritas penduduknya Islam seperti Jakarta.
"Sapi-sapi yang dikirim untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah tujuan baik yang dipotong melalui RPH kemudian dipasarkan maupun sapi-sapi hidup atau utuh yang disumbangkan ke rumah-rumah ibadah," katanya.
Danni mengatakan meningkatnya permintaan sapi itu juga mendukung upaya pencapaian target pemerintah setempat yang mengantarpulaukan sebanyak 65.300 ekor sapi Bali dan Sumba Ongole dalam tahun 2017.
Menurutnya, pasokan sapi dari provinsi kepulauan itu tetap mendapatkan pasar yang baik terutama sapi Sumba Ongole karena memiliki memiliki citra rasa yang berbeda dan terus diminati daerah lain.
Namun, lanjutnya, kapasitas pengiriman sapi ke luar daerah tetap disesuaikan dengan kondisi populasi agar sumber daya genik sapi tetap terjaga, selain juga memperhitungkan kebutuhan di dalam daerah.
Jika kapasitas yang diantarpulaukan tidak melalui perhitungan yang baik maka jumlah akan berkurang secara drastis dan akan berdampak pada petani peternak di provinsi kepulauan itu.
"Oleh karena ini kita jaga dengan perhitungan kemampuan produksi atau panen setiap tahun, berapa banyak jantan dewasa, jantan muda, betina produktif sehingga ditetapkanlah jumlah yang bisa dikeluarkan melalui kuota jumlah tertentu," katanya.
Ia menjelaskan sapi-sapi yang disalurkan ke daerah lain merupakan sapi-sapi jantan yang disesuaikan pula dengan kondisinya karena sapi jantan yang bagus akan dipertahankan sebagai jantan unggul untuk meningkatkan produktivitas.
"Karena sebagian besar produksi dari sapi betina melalui kawin alam yang membutuhkan pejantan unggul bukan kawin suntik," katanya.
"Sekarang ini juga kita sedang menggalakan proses kawin suntik melalui inseminasi buatan (IB), tetapi ternak itu tidak boleh langsung kawin suntik dia harus satu atau dua kali kawin alam baru dimulai dengan kawin suntik," katanya lagi.
Terkait pemberian IB itu, Danni menargetkan sebanyak 25.965 ekor sapi akan mendapatkan IB dalam tahun ini untuk meningkatkan produktivitas yang hasilnya dapat memperkuat populasi sapi di daerah itu. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Advertisement