Kerja sama Kementerian Pertanian dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) mewujudkan ketahanan pangan mulai menunjukkan hasil yang baik. Hal itu tercermin dari tidak adanya impor beras, cabai segar dan bawang konsumsi, juga pakan ternak sejak tahun kemarin.
"Tidak ada impor berarti kita telah swasembada pada komoditi tersebut, dan untuk bawang merah, kita kini malah mengekspor," kata Suwandi, Plt. Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian dalam keterangan tertulis, Rabu (13/9/2017).
Menurutnya, kemampuan dalam swasembada dan ekspor tersebut menjadi bukti bahwa Indonesia mampu mewujudkan visi lumbung pangan dunia pada 2045. Langkah selanjutnya adalah swasembada bawang putih dan gula konsumsi pada 2019, kedelai pada 2020, gula industri pada 2024, dan daging sapi pada 2026.
"Kita sudah berada di jalur yang tepat menuju visi kita saat Indonesia berusia satu abad," tegasnya.
Ia menambahkan, seiring berjalannya swasembada pangan, kesejahteraan petani turut meningkat seperti terlihat pada indikator kemiskinan di pedesaan turun 4,7 persen.
?Awalnya penduduk miskin di desa Maret 2015 sebanyak 17,94 juta jiwa turun Maret 2017 menjadi 17,09 juta jiwa," tuturnya.
Langkah selanjutnya, Kementerian Pertanian terus melaksanakan proses struktural yang menjamin visi lumbung pangan dunia 2045 terwujud. Pertama, mengembangkan industrialisasi berbasis agro berdasarkan keunggulan komparatif.
?Indonesia harus jaya kembali untuk kopi dan rempah-rempah. Integrasi aktivitas hulu-onfarm-hilir dibangun berbasis kawasan berskala ekonomi sehingga diperoleh nilai tambah dan pendapatan penduduk setempat,? jelas Suwandi.
Kedua, memperkuat infrastruktur sehingga memperlancar arus distribusi dari desa ke kota, di desa dibangun jalan, irigasi/embung, listrik, telekomunikasi, lembaga keuangan, pasar tani dan lainnya.
Ketiga, industrialisasi di pedesaan akan menyerap banyak tenaga kerja, sehingga perlu peningkatan kapasitas SDM menjadi profesional dan produktif. SDM setempat dilatih menggunakan alat mesin, perbengkelan, jasa dan lainnya sesuai standar kompetensi.
Keempat, keterbatasan jumlah petani diatasi dengan mekanisasi. Kementan menyediakan 80.000-100.000 unit alat mesin pertanian setiap tahunnya. Dengan mekanisasi seperti traktor, pompa air, rice transplanter, combine harvester, dan Rice Milling Unit terbukti bisa menekan biaya hingga 40 persen, waktu, tenaga, dan menurunkan susut hasil 4-8 persen dan meningkatkan mutu.
"Teknologi mekanisasi inilah yang membuat generasi muda kini berminat terjun ke pertanian dan perdesaan, dan generasi muda pun merespon positif program Kementerian Desa-PDT kini," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Tag Terkait:
Advertisement