Sebagai situs jual beli online yang menggunakan model bisnis customer-to-customer (C2C), Bukalapak kini semakin diperkuat dengan keberadaan komunitas pelapaknya.
Komunitas tersebut lahir atas inisiasi para pelapak dan sudah berjalan sejak dua tahun terakhir. Meski berada di luar struktural manajemen Bukalapak dan berdiri independen, namun komunitas para pelapak diakui Muhammad Fikri selaku Head of Community Management Bukalapak, memiliki loyalitas yang besar terhadap Bukalapak.
?Semangat berkomunitas yang besar. Komunitas ini sebenarnya secara struktur tidak berada di bawah naungan Bukalapak, melainkan independen. Akan tetapi kami memiliki tanggung jawab karena bagaimana pun juga mereka adalah user Bukalapak,? kata Fikri, Senin (18/9/2017) di kantor Bukalapak, Jakarta Selatan.
Untuk itu, bentuk tanggung jawab Bukalapak dari keberadaan komunitas pelapak ialah memonitor jalannya komunitas hingga ke berbagai kegiatan yang dilakukan oleh komunitas. Namun hanya sampai pada tahapan memantau dan memberikan semangat kepada komunitas untuk terus melakukan hal-hal positif di dalam komunitas, khususnya meningkatkan UMKM di Indonesia.
Adanya komunitas tersebut juga bertujuan untuk memanage para pelapak lain agar penjualan mereka dapat meningkat dan memiliki kualitas yang lebih baik. Menurut Fikri, perbedaan antara pelapak yang sudah bergabung dalam komunitas dengan pelapak yang tidak bergabung dalam komunitas akan dapat terlihat.
Misalnya, pelapak yang bergabung dengan komunitas cenderung memiliki growth yang lebih baik dibanding pelapak yang tidak bergabung. Meski demikian, Fikri mengaku tidak pernah memaksa para pelapaknya untuk ikut berkomunitas. Menurutnya, tidak semua orang senang berkomunitas, dan tidak semua pelapak memiliki waktu luang untuk berkomunitas.
Saat ini jumlah komunitas Bukalapak sudah ada di 70 kota dan terus bertambah setiap harinya. Di tiap-tiap kota, komunitas memiliki perwakilannya yang biasa disebut dengan koordinator lapangan atau Ranger. Adapun tugas dari Ranger adalah memimpin komunitas dan mewakili nama Bukalapak di kota tempatnya berada. Ketika jumlah kotanya bertambah, itu artinya jumlah pelapak yang menjadi perwakilan dari komunitas atau koordinator pelapak di masing- masing kota tersebut juga bertambah.
?Sehingga ketika kita memiliki event, partnership program dengan berbagai macam partner di seluruh Indonesia, kita punya orang-orang di lapangan. Dan mereka juga yang menjadi ujung tombak atau corong Bukalapak di daerah. Misalnya ketika di salah satu kota ada dinas dari pemerintahan yang membutuhkan Bukalapak, maka kita sudah punya perwakilan, tanpa kita harus ke kota tersebut,? ungkap Fikri.
Loyalitas para pelapak tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap masyarakat, khususnya pelapak dalam meningkatkan kualitasnya. Berbagai kegiatan juga dilakukan di dalam komunitas, seperti sharing knowledge, kopdar, gathering, outing, hingga berbagai kegiatan sosial. Sementara menurut Fikri, pusat hanya me-manage dan menyemangati komunitas.
Menurut Fikri, loyalitas dan semangat para pelapak untuk menghidupkan masing-masing komunitasnya karena ada kebanggaan tersendiri saat bergabung dengan komunitas yang sedikit banyaknya sudah berkontribusi terhadap lingkungannya dengan saling berbagi. Selain itu, tentu menjadi kebanggaan luar biasa juga bagi Bukalapak.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Tag Terkait:
Advertisement