Pemerintah masih belum menentukan skema sinkronisasi trase kereta ringan Jakarta (Light Rail Transit/LRT Jakarta) dan LRT Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) yang bersilangan di Dukuh Atas.?Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menggelar rapat koordinasi di Jakarta, Selasa, untuk membahas sinkronisasi trase dua moda transportasi tersebut.
Hadir dalam rapat tersebut Menteri Perhubungan Budi Karya, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono, serta PT Jakarta Propertindo sebagai kontraktor LRT Jakarta dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebagai kontraktor LRT Jabodebek.?Menhub Budi Karya menjelaskan rapat koordinasi itu belum menghasilkan keputusan final mengenai skema sinkronisasi trase kedua LRT.
"Kami cuma bicarakan soal 'joint' di Dukuh Atas. Nantinya di Dukuh Atas itu mau berjejer, mau satu (digabung) atau mau ganda (bertingkat), belum diputuskan," katanya sambil menjelaskan dengan gerakan tangan.
Menurut Budi, masih ada masalah keuangan dan operasional yang harus diselesaikan terkait sinkronisasi dua trase tersebut. Pasalnya, harus ada hitungan luasan area, keselamatan, pengelolaan hingga biaya yang dikeluarkan.?
Sementara, Direktur Operasi III Adhi Karya Pundjung Setya Brata menjelaskan sinkronisasi trase perlu dilakukan lantaran lahan yang sempit di Dukuh Atas.?"Jadi perlu ada integrasi antara kami dengan LRT punya Jakpro supaya bisa saling terintegrasi antara dua moda ini. Lahannya kan sempit sehingga harus dicari cara agar pertemuannya bagus," tuturnya.
Kendati demikian, ia juga menyebut belum ada keputusan terkait integrasi trase antara LRT Jabodebek dan LRT Jakarta di Dukuh Atas yang akan jadi stasiun sentral itu.?"Di sana (Dukuh Atas) kan ada LRT Jabodebek, ada LRT punya Jakpro, ada kereta bandara, ada kereta rel listrik, ada juga MRT. Itu yang sedang didiskusikan untuk diatur," ujarnya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement