Tokopedia Dinobatkan Sebagai Tempat Belanja Online Nomor 1 Indonesia
Masyarakat Indonesia lebih memilih belanja online melalui marketplace. Dari survei yang dilakukan oleh perusahaan konsultan TI Sharing Vision pada Oktober-November 2017, hampir 80 persen responden memilih berbelanja online lewat marketplace. Tokopedia dipilih sebagai pilihan pertama berbelanja online dengan 66 persen suara responden, disusul Go-Jek dan Bukalapak masing-masing 59 persen dan 43 persen.
Sebelumnya, perusahaan analisis aplikasi mobile AppAnnie melalui laporan tahunan bertajuk 2017 Retrospective: A Monumental Year for the App Economy (Retrospektif 2017: Tahun Monumental untuk Ekonomi Berbasis Aplikasi) juga menobatkan Tokopedia sebagai aplikasi berbelanja (shopping app) paling top di Indonesia, disusul Shopee dan Bukalapak masing-masing di posisi kedua dan ketiga.
Aspek keamanan, kelengkapan produk, dan promo seringkali menjadi alasan utama orang memilih marketplace dibandingkan tempat berbelanja online yang lain. Kepraktisan adalah faktor tak kalah penting, terutama ketika berbelanja lewat smartphone. Hal ini menjelaskan tingginya transaksi belanja online lewat aplikasi di kalangan masyarakat Indonesia. Tahun lalu, sekitar 80 persen dari total transaksi di Tokopedia berasal dari aplikasi.
Menanggapi hal tersebut, Co-Head Marketplace Tokopedia Aldo Tjahjadi menjelaskan, hal ni menjadi motivasi bagi Tokopedia untuk konsisten berinovasi dalam memberikan kenyamanan bagi pelanggan serta mendukung perkembangan bisnis UMKM Indonesia.
"Ini merupakan bagian dari komitmen Tokopedia dalam mendukung pemerataan ekonomi secara digital," kata Aldo dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (26/1/2018).
Regional Director AppAnnie Jaede Tan menambahkan di Indonesia, rata-rata pengguna menghabiskan 240 menit di aplikasi dalam sehari. Ini merupakan yang tertinggi di antara semua pasar yang dianalisis oleh AppAnnie.
Kemajuan teknologi berpengaruh besar terhadap gaya hidup masyarakat Indonesia, termasuk perilaku berbelanja. Dengan jumlah penduduk yang besar dan popularitas smartphone, Indonesia memiliki potensi pasar ritel internet yang sangat menjanjikan.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, ekonomi digital Indonesia berpotensi menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, dengan transaksi yang diprediksi menembus USD130 miliar pada 2020. Apalagi, melihat kondisi iklim industri yang semakin membaik.
"Kalau enggak, mana mau investor luar masuk, misalkan dirasakan iklim investasinya tidak mendukung investasi mereka," ujar Rudiantara.
Tidak hanya popular untuk gadget atau barang fesyen, belanja online semakin lazim dipilih masyarakat untuk membeli berbagai kebutuhan sehari-hari mulai dari makanan, pulsa ponsel, voucer listrik hingga tiket perjalanan dan tiket bioskop. Hasil survei Sharing Vision juga memperlihatkan dominasi pemesanan tiket alat transportasi maupun hotel, secara online mencapai kurang lebih 72-90 persen. Traveloka mendominasi dengan 83 persen responden sebagai pilihan favorit, disusul Tiket.com dengan 34 persen. Penggunaan taksi online juga meningkat pesat. Sebanyak 87 persen responden telah beralih ke sarana transportasi online seperti Go-Jek, Grab, dan Uber.
"Pertumbuhan e-commerce Indonesia 2018 diprediksi double digit. Potensi Indonesia menarik para pelaku e-commerce untuk memanjangkan sayapnya di setiap layanan yang mungkin, memblurkan batasan layanan, semua bisa menjual semua. Begitupun mendorong munculnya banyaknya e-commerce untuk UKM yang didukung pemerintah, hingga gagasan e-commerce untuk pedagang kaki lima dan koperasi," ujar Dimitri Mahayana, Chief Sharing Vision Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Dina Kusumaningrum
Editor: Fauziah Nurul Hidayah