Amerika Serikat pada hari Minggu (4/3/2018) membuat tuduhan terkuatnya sampai saat ini terkait dengan keterlibatan Moskow dalam kematian warga sipil di Suriah, serta mengatakan bahwa pesawat terbang Rusia menerbangkan misi pengeboman di wilayah Ghouta timur yang terkepung karena menentang gencatan senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Gedung Putih juga menyatakan jika pesawat militer Rusia lepas landas dari Humaymim Airfield di Suriah dan melakukan setidaknya 20 misi pemboman per harinya di Damaskus dan Ghouta timur antara 24 Februari dan 28 Februari. Gedung Putih tidak mengatakan apakah jet tersebut menjatuhkan sebuah artileri, yang bisa lebih sulit ditentukan untuk melacak jalur penerbangan pesawat Rusia di radar A.S. Namun Amerika Serikat langsung menuduh Rusia telah membunuh warga sipil.
"Rusia telah mengabaikan undang-undang gencatan senjata dan membunuh warga sipil yang tidak berdosa di bawah pengawasan operasi kontra-terorisme yang salah," ungkap Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin (5/8/2018).
Presiden Suriah Bashar al-Assad bersumpah pada hari Minggu (4/3/2018) untuk melanjutkan serangan di Ghouta timur, salah satu tragedi yang paling mematikan dalam perang tersebut. Sebuah kelompok pemberontak lokal menyebutnya sebuah kampanye "bumi hangus". Dengan perang memasuki tahun kedelapan, merebut Ghouta timur akan menjadi kemenangan besar bagi Assad, yang telah dan terus menguasai wilayah pemberontak dengan dukungan dari Rusia dan Iran.
Serangan udara oleh pemerintah telah menewaskan 659 orang di Ghouta timur sejak 18 Februari, sementara serangan pemberontak di Damaskus telah menewaskan 27 orang, menurut Observatorium untuk Hak Asasi Manusia Suriah.
Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pada hari Jumat bahwa serangan udara Suriah ke Ghouta timur dan penembakan dari daerah yang telah diblokade yang menjadi sarang pemberontak ke Damaskus mungkin masuk kategori kejahatan perang. Gedung Putih meminta pasukan pro-Assad untuk "segera berhenti menargetkan infrastruktur medis dan warga sipil."
Dalam sebuah pernyataan terpisah pada hari Minggu, Gedung Putih mengatakan Presiden Donald Trump dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi bakal "membahas dukungan Rusia dan Iran yang tidak bertanggung jawab atas serangan brutal rezim Assad terhadap warga sipil yang tidak bersalah."
"Presiden Trump dan Presiden al-Sisi sepakat untuk bekerja sama dalam mengakhiri krisis kemanusiaan di Suriah dan mencapai persatuan dan keamanan Arab di wilayah tersebut," pungkas pernyataan Gedung Putih tersebut.
Rusia dan Damaskus menuduh pemberontak mencegah warga sipil meninggalkan Ghouta timur selama gencatan senjata setiap harinya. Pemberontak secara konsisten membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa warga sipil enggan pergi karena mereka takut pada pemerintah Bashar AL-Assad. Perang multi-wilayah di Suriah telah membunuh ratusan ribu warga sipil sejak 2011.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo