Analis pasar modal Andri Zakaria Siregar menilai sentimen dari kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed Fund Rate/FFR) memengaruhi pergerakan bursa saham global, termasuk indeks harga saham gabungan.
"Masih adanya persepsi di pasar The Fed akan agresif dalam menaikan suku bunga acuannya menjadi salah satu faktor yang membuat pergerakan saham cenderung melemah," ujarnya yang juga analis dari BNI Sekuritas di Jakarta, Jumat (23/3/2018).
Naiknya suku bunga The Fed, lanjut dia, juga membuat ruang kebijakan pelonggaran moneter oleh Bank Indonesia menjadi terbatas sehingga. Dengan begitu dapat mempengaruhi aktivitas di sektor ritel.
"Jika sektor ritel melambat maka akan mempengaruhi ekonomi nasional dan kinerja emiten," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan IHSG dalam beberapa hari terakhir ini relatif masih lebih baik dibandingkan bursa saham negara lain. Artinya, pelemahan IHSG cenderung terpengaruh oleh sentimen eksternal.
"Kita paling defensif dibandingkan bursa negara lain, bursa eksternal penurunannya cukup dalam," katanya.
Andri Zakaria Siregar menambahkan kinerja emiten di dalam negeri yang positif akan memicu investor kembali melakukan akumulasi. Apalagi, harga saham saat ini nilainya sudah cukup rendah.
"Harga saham di BEI sudah cukup rendah, sementara kinerjanya bagus, maka itu peluang bagi investor untuk akumulasi," katanya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, rata-rata kinerja laba emiten BEI yang masuk dalam hitungan kelompok 45 saham unggulan atau ndeks LQ45 membukukan pertumbuhan 21,28 persen, lebih tinggi dibandingkan kinerja emiten bursa ASEAN diantaranya Thailand yang sebesar 18,13 persen, Vietnam (18,94 persen), dan Singapura sebesar 15,46 persen.
Sentimen selanjutnya, kata Andri Zakaria Siregar, sentimen yang menjadi perhatian investor selanjutnya yakni perang dagang global memyusul disahkannya memorandum pengenaan tarif impor pada produk Tiongkok senilai 60 miliar dolar AS oleh Presiden AS Donald Trump.
Direktur Utama Tito Sulistio mengatakan kebijakan proteksionis Amerika Serikat itu langsung direspon pemerintah Tiongkok yang akan akan menerapkan tarif impor produk AS.
"Kondisi itu dapat memicu kekhawatiran perang dagang dalam skala gtobaI yang lebih luas. Namun, ini sentimen temporer bagi pasar saham," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman