Wakil Ketua Komisi X DPR RI Achmad Hafisz Tohir menginginkan Bank Indonesia untuk berhati-hati dalam melakukan intervensi terhadap sejumlah elemen finansial seperti pasar valuta asing dan Surat Berharga Negara (SBN), mengingat kondisi perekonomian global saat ini.
"Bank Indonesia harus ekstra hati-hati dalam melakukan intervensi terhadap pasar valas maupun pasar SBN dengan terus mewaspadai risiko berlanjutnya tren pelemahan nilai tukar rupiah," kata Achmad Hafisz Tohir dalam keterangan tertulis, Jumat (27/4/2018).
Menurut dia, risiko berlanjutnya tren pelemahan nilai rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat harus diwaspadai baik yang disebabkan karena dampak kenaikan harga minyak dunia maupun kemungkinan arus keluar pasar SBN dan saham Indonesia.
Politisi PAN itu juga mengingatkan sejumlah gejolak global seperti dampak kenaikan suku bunga AS dan perang dagang AS-China.
"Jika dolar menguat terhadap rupiah, harga BBM akan tertekan, baik yang subsidi maupun non-subsidi. Efeknya penyesuaian harga BBM berbagai jenis diprediksi akan terus berjalan," paparnya.
Ia berpendapat bahwa nilai tukar rupiah juga terkait erat dengan sejumlah indikator makro lainya sehingga juga prasyarat penting dalam rangka meningkatkan daya saing perekonomian.
Sebelumnya diwartakan, modal asing yang masuk ke Indonesia melalui saham dan Surat Berharga Negara di dua pekan pertama April 2018 menembus 800 juta dolar AS, setelah sepanjang Maret 2018, pasar keuangan domestik tertekan dengan banyak dana asing keluar.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Jakarta, Kamis (19/4) malam, menyebutkan kepercayaan investor untuk masuk ke portoflio domestik meningkat, salah satu dipicu kenaikan peringkat utang dari Moody's Investor Service menjadi baa2/outlook stable dari baa3/outlook stable.
"Selain itu, ini juga dampak dari Surat Utang Negara juga masuk ke dalam Global Bond Index. Ini memberikan gambaran bahwa investor asing memberikan keyakinan kepada Indonesia," ujar dia.
Meski demikian, Dody menyebutkan, tekanan ekonomi eskternal juga meningkat. Tekanan itu bersumber dari peningkatan ketidakpastian pasar keuangan dunia menyusul rencana kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve untuk kedua kalinya di Juni 2018, kenaikan harga minyak, dan kemungkinan berlanjutnya perang dagang AS-Tiongkok.
Arus modal masuk juga membuat BI yakin cadangan devisa tidak akan tergerus terlalu dalam untuk mejaga nilai tukar rupiah. Cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2018 sebesar 126,00 miliar dolar AS.
Tekanan eksternal yang cukup kencang dinilai akan datang sepanjang Mei 2018 menjelang perkiraan kenaikan suku bunga acuan Federal Reserve pada Juni 2018 dan dinamika perang dagang AS dan China.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil