Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) yang mencapai 5,83% di triwulan II-2018 jauh dari potensinya. Hal ini lantaran pada 2010, ekonomi Sulut pernah tumbuh mencapai 7,16%.
"Dari size, ekonomi kami terbesar ketiga setelah Sulawesi Selatan, setelah itu Sulawesi Tengah karena Palu banyak pertambangan. Tapi pertumbuhan ekonomi kami paling buncit 5,83% di Sulawesi," kata Kepala Kantor Perwakikan (KPw) BI Provinsi Sulut Suko Wardoyo saat Pelatihan Wartawan Ekonomi Triwulan III 2018 di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (24/8/2018).
Dalam acara yang sama, Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPw BI Sulut MHA Ridhwan mengatakan, pertumbuhan ekonomi Sulut belum mencapai potensinya karena produk olahan Sulut masih berupa bahan mentah dan barang setengah jadi.
"Sulut masih menjadi pemasok bahan mentah dan setengah jadi. Demikian juga dengan kelapa, ikan, pala, dan cengkeh. Keempat komoditas ini masih bahan baku dan barang setengah jadi, tidak sampai ke hilir," jelas Ridhwan.
Dikatakannya, struktur ekspor Sulut masih berbasis sektor ekstraktif alias bahan mentah dan setengah jadi.
"Komoditas ekspor Sulut masih didominasi olahan minyak kelapa dan sawit (73%), relatif tidak berubah dari 10 tahun lalu. Jadi perekonomian dan industri di Sulut masih tertinggal," ungkap Ridhwan.
Selain itu, tutur Ridhwan, realisasi pembangunan di Sulut belum maksimal. Hal ini karena pembebasan lahan masih menjadi masalah dalam mendukung percepatan pembangunan infrastruktur.
Ridhwan melanjutkan, penyaluran kredit perbankan di Sulut lebih didominasi kredit konsumsi, bukan kredit produktif. Tercatat total kredit yang disalurkan di Sulut per Juni 2018 sebesar Rp35,29 triliun dengan pertumbuhan sebesar 7,30% (yoy).
Dari total itu, sebanyak Rp21,49 triliun atau 61% digunakan untuk tujuan konsumsi. Sementara kredit dengan tujuan modal kerja hanya sebesar Rp9,23 triliun (26%) dan dengan tujuan investasi hanya sebesar Rp4,49 triliun (13%).
"Masyarakat Sulut sangat konsumtif, kredit konsumsi Sulut menempati peringkat empat di seluruh Indonesia," tukas Ridhwan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: